Takut Dihajar Rusia, Wanita Finlandia Ikut Pelatihan Militer

Nusantaratv.com - 07 Juni 2022

Wanita Finlandia mengikuti pelatihan militer karena khawatir diserang Rusia. (Reuters)
Wanita Finlandia mengikuti pelatihan militer karena khawatir diserang Rusia. (Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Selang beberapa hari setelah Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari, seorang pengusaha Finlandia, Sissi Moberg mulai berselancar di internet untuk mencari kursus yang dapat mengajarkan keterampilan untuk membantu mempertahankan Finlandia jika terjadi serangan militer.

"Saya merasa sangat sedih untuk Ukraina. Dan kemudian saya mulai khawatir tentang Finlandia dan berpikir apa yang bisa saya lakukan tentang ini," kata ibu empat anak berusia 46 tahun itu kepada Reuters, dikutip Selasa (7/6/2022).

Dalam beberapa pekan, Moberg telah berada di kursus yang ditujukan untuk pasukan cadangan dan belajar bagaimana menggunakan senjata dan bergerak di medan perang.

Perang di Ukraina telah membunyikan alarm besar di Finlandia, yang berbagi perbatasan 1.300 km dengan Rusia. Selama Perang Dunia II, Finlandia berperang dua kali melawan Uni Soviet yang menelan biaya sepersepuluh dari wilayahnya. Sekitar 100.000 orang Finlandia terbunuh.

Didorong oleh invasi, Finlandia memutuskan kebijakan pertahanan dan keamanan dalam negeri selama beberapa dekade bulan lalu ketika mengajukan keanggotaan dalam aliansi militer NATO.

Wanita Finlandia mengikuti pelatihan militer karena khawatir diserang Rusia. (Reuters)

Asosiasi Kesiapsiagaan Darurat Nasional Wanita Finlandia mengatakan, permintaan untuk kursus mereka telah melonjak sejak Februari. "Tepat setelah perang pecah, telepon kami mulai berdering dan email masuk dan tentu saja permintaan untuk pelatihan meningkat," kata Asosiasi Kesiapsiagaan Darurat Nasional Wanita Finlandia, Suvi Aksela.

Pekan lalu, Moberg kembali lagi, kali ini dalam kursus pelatihan bertahan hidup yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kesiapsiagaan Wanita di sebuah pangkalan militer di Hattula, 100 km dari Helsinki.

Selama tiga hari, dia dan lebih dari 300 wanita lain belajar cara mendirikan kemah, menyalakan api di tengah hujan, menjelajahi hutan, dan melakukan pertolongan pertama.

Tren ini sesuai dengan tradisi lama Finlandia dalam sukarelawan masa perang di antara wanita yang, berbeda dengan pria, tidak diharuskan untuk melakukan dinas militer. Sekitar 19 persen dari 13.000 personel militer profesional Finlandia adalah perempuan, menurut data dari militer, meskipun hanya 1-2 persen dari wajib militer adalah perempuan.

"Saya salah satu orang terakhir yang diharapkan orang yang saya cintai untuk berpartisipasi dalam kursus seperti ini karena saya sudah menjadi seorang putri, sedikit mewah," kata Moberg.

Moberg mengaku melakukan lebih banyak kursus kesiapsiagaan untuk siap menghadapi krisis, baik itu kecelakaan besar di pembangkit nuklir atau bencana alam. "Keberanian bukan berarti tidak takut, tapi bertindak meski begitu," imbuhnya.

Sedangkan 500 wanita lainnya berada dalam daftar tunggu, menurut Asosiasi Kesiapsiagaan Wanita, sebuah kelompok sukarelawan yang mengadakan sesi pelatihan tahunan untuk wanita sipil tentang keterampilan yang dibutuhkan dalam situasi krisis. 

Dia menerima sejumlah dana publik dan dapat menggunakan fasilitas dan peralatan militer untuk pelatihan.

Moberg tidak sendirian dalam keprihatinan atau keinginannya untuk membantu membela Finlandia. Menurut jajak pendapat yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan bulan lalu, 85 persen orang Finlandia sekarang memandang Rusia memiliki efek negatif pada keamanan Finlandia, dibandingkan dengan 34 persen pada 2007.

Jajak pendapat yang sama menunjukkan 83 persen orang Finlandia berpikir mereka harus mengangkat senjata jika terjadi serangan militer di negara mereka, bahkan jika hasilnya tampaknya tidak pasti. "Ini adalah negara yang baik untuk ditinggali dan membesarkan anak-anak. Ini pasti layak untuk dipertahankan," ucapnya.

"Keinginan untuk membela negara kita sangat kuat di Finlandia," kata relawan lain di lapangan, Satu Miettinen, yang dibesarkan oleh neneknya, yang menjadi sukarelawan untuk Perang Dunia II.

Dia mengajari Miettinen, seperti yang diajarkan banyak orang Finlandia lainnya, bahwa Moskow dapat menyerang Finlandia lagi. "Itulah mengapa saya selalu memiliki kecurigaan itu," kata pria berusia 36 tahun itu.

Moberg mengatakan dia akan melakukan lebih banyak kursus kesiapsiagaan untuk bersiap menghadapi krisis, baik itu kecelakaan besar di pembangkit nuklir atau bencana alam. "Keberanian bukan berarti tidak takut, tapi bertindak pun demikian," tukasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close