Sri Mulyani Sindir Rusia di Pertemuan G20: Dunia Butuh Jembatan, Bukan Tembok dan Perang

Nusantaratv.com - 16 Juli 2022

Sri Mulyani berbicara di forum G20 di Bali/ist
Sri Mulyani berbicara di forum G20 di Bali/ist

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melontarkan sindiran keras pada Rusia soal perang yang terjadi di Ukraina. 

Sindiran tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam pembukaan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 di Bali.

Awalnya, Sri Mulyani menyampaikan bagaimana Indonesia akan menjadi perantara atas masalah global saat ini. Ditegaskan, Indonesia akan menjembatani koneksi dan solusi, bukan sebuah batasan.

"Indonesia akan terus berdiskusi tanpa henti untuk menjangkau konsultasi komunikasi, minta saran Anda sehingga kami akan terus membangun jembatan dan kami tidak membangun tembok," jelas Sri Mulyani dalam pembukaan pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20, di BNDCC 1, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Lalu, Sri Mulyani menyinggung soal perang, di mana perang ini terjadi akibat serangan Rusia ke Ukraina. Dalam pertemuan pagi itu, Rusia turut hadir secara fisik diwakili oleh Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov.

"Kami sangat percaya dunia semakin membutuhkan lebih banyak jembatan dan koneksi, bukan tembok dan perang," tegasnya.

Baca juga: Di G20 Bali, Menlu Rusia Diteriaki Kapan Hentikan Perang

Lebih lanjut Sri Mulyani mengajak negara-negara yang hadir untuk membangun kerja sama ke depannya. Hal ini disebut dapat memperkuat komitmen dan kemakmuran kepentingan global.

"Konsekuensi kemanusiaan bagi dunia dan terutama bagi banyak negara berpenghasilan rendah akan menjadi bencana besar," ujarnya, mengutip detikcom.

Pada kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa dunia sedang dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Menurut data Bank Dunia (World Bank) harga minyak mentah sudah naik 350% sejak April 2020 hingga 2022.

Sri Mulyani mengatakan peningkatan itu menandakan situasi ekstrem pada sektor energi.

Ia menambahkan, lonjakan 350% ini merupakan peningkatan terbesar untuk periode dua tahun sejak 1997. Padahal pada awal pandemi COVID-19 harga minyak mentah sempat merosot ke angka nol bahkan negatif.

"Kami menyaksikan harga gas alam di Eropa meningkat 60% hanya dalam dua minggu. Bahkan di sejumlah negara mengalami kelangkaan. Kami melihat ini memiliki implikasi politik dan sosial yang besar di Sri Lanka, Ghana, Peru. Ekuador dan di tempat lain," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close