Nusantaratv.com - Pemerintah Sri Lanka sampai mengerahkan tentara untuk menjaga ratusan SPBU di negara tersebut. Langkah itu dilakukan demi keamanan pendistribusian bahan bakar setelah adanya kenaikan harga komoditas beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini juga membuat puluhan ribu orang mengantre berjam-jam untuk mendapatkan bensin.
Sri Lanka memang sedang berjuang melawan krisis valuta asing yang berdampak pada devaluasi mata uang dan menekan impor barang kebutuhan seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar
Salah seorang warga Sri Lanka, Seetha Gunasekera mengeluhkan kenaikan harga-harga komoditas yang semakin mencekik. Ia meminta pemerintah Sri Lanka segera memberikan sosuli.
"Semuanya jadi semakin susah gara-gara harga terus naik," beber Seetha.
Sementara itu, Juru bicara pemerintah Ramesh Pathirana mengatakan keputusan penempatan tentara di SPBU ini karena sebelumnya ada tiga orang yang tewas ketika mengantre.
Baca juga: Sri Lanka Ingin Lunasi Hutang Ratusan Juta Dolar pada Iran Pakai Teh
Kondisi ini juga diduga adanya penimbunan dan distribusi yang tidak efisien.
"Militer dikerahkan untuk membantu masyarakat, bukan untuk menghalangi mereka," ujar Ramesh, mengutip detikcom.
Juru bicara militer Nilantha Premaratne menjelaskan setiap SPBU dijaga oleh dua personel tentara. Mereka membantu mengatur distribusi bahan bakar namun tetap tidak terlibat dalam mengendalikan massa.
Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka semakin memburuk karena cadangan devisa merosot hingga 70% dalam dua tahun terakhir menjadi US$ 2,31 miliar.
Mirisnya, dalam kondisi krisis Sri Lanka juga harus membayar utang sebesar US$ 4 miliar tahun ini. Selain itu obligasi negara yang sudah jatuh tempo juga harus dibayarkan pada Juli sebesar US$ 1 miliar.
Guna mengatasi kondisi yang serba sulit sekarang ini, Pemerintah Sri Lanka pada April 2022 akan melakukan pembahasan dengan IMF. Mereka bahkan sampai menyewa firma hukum untuk memberi bantuan terkait restrukturisasi utang.