Nusantaratv.com - Debat keempat Pilpres 2024 yang diikuti para calon Wakil Presiden (Cawapres) berlangsung seru dan sempat menghebohkan penonton karena adanya aksi saling sindir.
Hal ini tentunya dapat mempengaruhi elektabilitas dan popularitas dari pasangan Capres - Cawapres tersebut.
Untuk itu Nusantara TV menyajikan program Spesial Report Popularitas Capres - Cawapres Pasca Debat Ke-4 untuk mengetahui sejauh mana elektabilitas dari para paslon tersebut usai menjalani debat yang digelar oleh KPU.
Direktur Riset Poltracking, Arya Budi mengatakan, terkait dengan dampak elektabilitas popularitas para Paslon di media sosial terutama Twitter usai debat cawapres kemarin tidak seramai debat capres meski adanya aksi saling sindir yang sempat menghebohkan penonton.
"Kalau disurvei pengguna media sosial terutama Twitter itu jumlahnya kurang dari 10% pengguna dominan sosial media itu Facebook kedua Instagram ketiga Tik tok kemudian terakhir Twitter kalau kita menggunakan platform media sosial mainstream," kata Arya Budi.
Menurutnya, para penggunaan Twitter mempunyai kesadaran politik dan kebanyakan adalah kelas menengah terdidik jadi tidak seramai diperbincangkan oleh para pemilih secara umum.
"Twitter itu authentic voters pengguna yang mempunyai kesadaran politik kebanyakan adalah kelas menengah terdidik tapi di satu sisi dari populasi pemilih yang sekitar 8% bisa jadi ada efek tumpahan dari pengguna Twitter pasca debat tapi kita belum punya instrumen untuk mengukur efek tumpahan itu," ungkap Arya Budi.
"Nah lain debat itu sebenarnya juga salah satu eksposur bagi pemilih yang sebenarnya kalau disurvei tidak setengah dari populasi pemilih jadi kita mengevaluasi dari 2019 itu angkanya maksimal 50% dari pemilih jadi kalau kita survei di setiap debat itu angkanya tidak lebih dari pemilih itu maksimal angkanya di 42% atau 41%, itu yang nonton full 30%-an Jadi kurang 1/3-nya jadi 41%," beber Arya.
"Jadi kalau di agregat populasi itu bisa lebih rendah lagi bisa 15% jadi debat sendiri eksposurnya bisa jadi tidak seramai diperbincangkan di pemilih secara umum tetapi lagi-lagi bisa jadi ada tumpahan dari para penonton misalnya masing-masing kandidat menyampaikan visi misi atau gimik itu satu hal itu cara publik untuk mengevaluasi secara overall tetapi secara evaluasi kita terhadap debat bisa berbeda," ungkapnya.
Selain itu, Arya Budi juga menjelaskan bahwa euforia debat capres dan cawapres itu sangat berbeda. Masyarakat di Indonesia yang menggunakan media sosial lebih tertarik dengan debat capres ketimbang cawapres.
"Itu perbandingannya debat bisa dua itu cawapres atau capres, kenapa karena jika kita mengevaluasi bagaimana analisis itu agak berbeda karena daripada cawapres itu dia les personal jadi tidak terlalu personal yang sebagaimana kita saksikan di Debat Capres terutama antara Prabowo dan Anies sementara kemarin serangan persoalan terus hampir tidak ada kedua itu les personal tapi gini cawapres memang gimik tidak meluas tapi di cawapres itu melimpah sekali meskipun tidak negatif itu kemudian yang membedakan," pungkasnya.
Sebagai informasi, debat keempat Pilpres yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta Pusat kemarin diikuti para calon Wakil Presiden.
Adapun, tema perhelatan debat cawapres malam ini meliputi Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.