Nusantaratv.com - Sopir ambulans bernama Ahmad Syahrul Ramadhan mengaku kaget melihat jasad Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Ia menyebut wajah jasad Yosua ditutupi masker kala itu.
Mulanya, Ahmad mengisahkan dirinya mendapat panggilan untuk datang melakukan evakuasi pada 8 Juli 2022. Dia mengaku tak tahu apa yang akan dievakuasi.
Setiba di rumah dinas Ferdy Sambo, Ahmad mengaku kaget karena melihat jenazah dan banyak orang. Dia mengaku melihat wajah jenazah saat itu ditutupi masker.
"Jenazah sudah di kantong?" tanya hakim ke Ahmad yang menjadi saksi sidang pembunuhan Yosua dengan terdakwa Bharada Eliezer di PN Jaksel, Senin (7/11/2022).
"Belum. Masih tergeletak berlumuran darah, Yang Mulia," jawab Ahmad.
Dia mengaku disuruh mengecek nadi pada jenazah Yosua itu. Ahmad mengatakan tak ada denyut nadi yang dirasakannya saat mengecek jasad Yosua.
"Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek udah tidak ada nadinya. Emang sudah tidak ada, Yang Mulia," ucapnya.
Dalam persidangan ini, Ahmad juga ditunjukkan foto kondisi jenazah Yosua. Dia menyebut wajah Yosua saat itu ditutupi masker.
"Posisinya gini?" tanya hakim.
"Iya, Yang Mulia, dan wajahnya ditutupi masker, Yang Mulia," ucapnya.
"Warna?" tanya hakim.
"Hitam," jawab Amad.
Dia kemudian mengambil kantong jenazah. Setelah itu, barulah jenazah Brigadir Yosua dievakuasi.
"Pakai sarung tangan karet, Yang Mulia. Saya bilang sudah nggak ada nadinya. Saya bilang izin pak sudah tidak ada. Lalu dibilang 'Pasti mas?' 'Pasti Pak'. Lalu dibilang 'Yaudah mas minta tolong dievakuasi'. Terus saya bilang izin saya ambil kantong jenazah," ujarnya.
Dia mengatakan jenazah mengeluarkan darah saat diangkat. Namun, Ahmad mengaku tak tahu dari mana darah mengalir.
"Ada, Yang Mulia. Saya nggak ngerti apa keluar dari kepala atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker saya nggak buka-buka, Yang Mulia," ucapnya.
Ahmad menjelaskan ada lubang bekas luka tembak di dada jasad saat itu. Namun, dia tak melihat ada bekas tembak di bagian tubuh lainnya.
Singkatnya, Ahmad diarahkan untuk membawa jenazah ke RS Polri. Dia mengaku ditemani seorang anggota Provos bernama Santo di dalam mobil ambulans.
"Pas saya mau nyalain lampu ambulans. 'Tahan dulu mas. Nunggu arahan saja. Nanti dikawal'. Lalu saya jalan di situ ada mobil Provos Pajero, saya di belakangnya. Lalu ada anggota Provos turun. Nanya kamu sama siapa mas? Saya sendiri. Akhirnya saya ditemani di dalam mobil. Akhirnya saya jalan," tandasnya.