Nusantaratv.com - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sondang Tampubolon, S.T., M.M., diundang sebagai narasumber dalam diskusi tentang peran dan keterwakilan perempuan dalam politik bertema 'Membaca Representasi Politik Perempuan Pada Pemilu 2024' yang digagas Prodi Ilmu Politik Fisipol Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Diskusi yang merupakan Gerakan Edukasi Ilmu Politik (Gelitik) Vol.01 Prodi Ilmu Politik Fisipol UKI ini digelar di Ruang Aula Lantai 3, Gedung AB, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta pada Rabu (31/5/2023).
Selain Sondang Tampubolon diskusi juga menghadirkan pembicaraan lain yakni Dr. Audra Jovani, MPS (Dosen Ilmu Politik UKI). Bertindak selaku moderator diskusi Definitif Kartini Mendrofa, M.IP (Dosen Ilmu Politik UKI).
Turut hadir Rektor UKI Dr. Dhaniswara K Harjono, S.H., M.H., M.B.A., yang diwakili Wakil Rektor Akademik dan Inovasi Dr. Hulman Panjaitan, S.H., M.H. dan Dekan Fisipol Dr. Verdinand Robertus, S.Sos, M.Soc. Sc.
Kegiatan diskusi yang membahas topik menarik ini disambut antusias oleh ratusan mahasiswa dan mahasiswi dari Fakultas Fisipol, Ilmu Komunikasi dan Hukum Universitas Kristen Indonesia yang memadati Aula.
Dalam sambutannya saat membuka diskusi Rektor UKI Dr. Dhaniswara K Harjono, S.H., M.H., M.B.A., yang diwakili Wakil Rektor Akademik dan Inovasi Dr. Hulman Panjaitan, S.H., M.H., menyampaikan apresiasi kepada Sondang Tampubolon yang berkenan hadir dan menjadi pembicara. Dia berharap para mahasiswa dan mahasiswi dapat menimba ilmu dan pengalaman dari Sondang Tampubolon sebagai perempuan yang berhasil menjadi Anggota DPR RI.
"Atas nama UKI kami mengapresiasi Fisipol yang menginisiasi kegiatan ini. Kegiatan yang luar biasa karena momentumnya tepat menyongsong Pemilu 2024 sekaligus menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis UKI ke 70 tahun yang dilaksanakan sejak Februari 2023 ini," kata Hulman Panjaitan.
"Saya tertarik dengan kata politik itu asyik yang ada dalam flyer acara diskusi ini. Tidak salah pilih. Saya jadi teringat sebuah buku yang ditulis oleh tokoh politik nasional Sabam Sirait yang berjudul 'Politik Itu Suci'. Jadi selain asyik politik itu juga suci," lanjutnya.
"Di sini hadir Bu Sondang Tampubolon dari Anggota Komisi VI DPR RI. Nanti para mahasiswa dan mahasiswi bisa tanya bagaimana caranya jadi Anggota DPR. Tips and triknya. Juga mengenai bagaimana membagi waktu karena selain Anggota Dewan juga ibu rumah tangga," tambahnya.
Perempuan dalam Kontestasi Pemilu 2024
Ditemui usai diskusi Sondang Tampubolon mengaku senang dengan antusiasme para mahasiswa dan mahasiswi Universitas Kristen Indonesia yang ingin semakin memahami dunia politik khususnya tentang peran dan keterwakilan perempuan dalam politik di Indonesia.
"Hari ini saya menjadi narasumber untuk memberikan edukasi politik di Universitas Kristen Indonesia. Dan ini luar biasa kegiatan hari ini. Menunjukkan bagaimana masyarakat dan mahasiswa ingin selalu mengisi ruang-ruang kosong tentang politik dan juga untuk meningkatkan partisipasi perempuan di dalam kontestasi Pemilu 2024 mendatang," kata Sondang Tampubolon yang juga Anggota Badan Legislasi DPR RI.
Berbicara mengenai keterwakilan perempuan, kata dia, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuat aturan kuota 30 persen di DPR baik itu tingkat nasional, Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
"Tetapi keterpilihan perempuan masih di bawah itu. Pada Pemilu 2019 lalu keterpilihan perempuan di DPR RI hanya mencapai 20,87 persen. Kita harapkan agar keterpilihan perempuan pada Pemilu 2024 bisa naik. Bisa meningkat mendekati 30 persen," tutur Sondang Tampubolon.
Sondang Tampubolon menyebut salah satu penyebab masih rendahnya keterpilihan perempuan di parlemen disebabkan oleh mindset (paradigma) serta budaya yang masih tumbuh di masyarakat bahwa politik itu maskulin dan lain sebagainya.
"Dalam rangka hal tersebut juga bagaimana budaya atau mindset yang keliru itu bisa dihilangkan dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkiprah di politik.
"Tak kalah pentingnya perempuan yang tertarik ingin masuk dalam kontestasi politik juga harus mengetahui kontestasi dalam Pemilu banyak memakan biaya dan sebagainya. Supaya perempuan-perempuan yang mendapat dukungan dari warga dapat mengukur seberapa banyak yang bisa dihabis untuk biaya politik tersebut," paparnya.
Di sisi lain, sambung Sondang Tampubolon, proses penjaringan kader yang dilakukan partai politik sangat penting.
"Penjaringan untuk pencalonan kontestasi itu sangat penting. Di awal harus dimulai dengan penjaringan. Ketika bibit, bobot dan bebetnya berkualitas, saya yakin hasilnya output-nya pasti akan berkualitas," ujarnya.
Terkait kaderisasi, Sondang Tampubolon menilai sedikit sekali partai politik yang melakukan kaderisasi perempuan.
Hal ini yang membedakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) dengan parpol lainnya di Indonesia. PDI Perjuangan fokus dan konsisten melakukan kaderisasi bahkan jauh sebelum kontestasi dimulai.
"Saya sudah mengalami proses tersebut di PDI Perjuangan. Berbeda dengan partai politik lainnya. Mereka kesulitan untuk mencari kader-kader perempuan untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota," beber Sondang Tampubolon.
"Itu menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bersama. Supaya partai-partai politik ini bisa menganggarkan keuangannya untuk kaderisasi pada perempuan-perempuan," imbuhnya.
Sondang Tampubolon berharap melalui gerakan edukasi politik yang digagas Prodi Fisipol UKI hari ini akan muncul ketertarikan dalam diri para mahasiswa dan mahasiswi untuk lebih memahami pentingnya politik dalam kehidupan.
"Jadi memang ini kan inisiasi mahasiswa-mahasiswi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKI. Saya yakin mereka bergabung atau mendaftarkan diri jadi mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik karena ada ketertarikan tersendiri terhadap bidang politik. Nah, ini sangat baik sekali dan kita ingin supaya ini bisa ditularkan kepada mahasiswa dan mahasiswi yang lain tidak hanya yang ada di Ilmu Sosial dan Ilmu Politik," kata Sondang Tampubolon.
"Karena sejatinya setiap apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah hasil keputusan politik," pungkasnya.
Pentingnya Perempuan dalam Politik
Pada kesempatan yang sama pembicara Dr. Audra Jovani, MPS (Dosen Ilmu Politik UKI) menjelaskan tujuan dari gerakan edukasi politik ini supaya mahasiswa dan masyarakat mengetahui tentang pentingnya perempuan dalam politik.
"Karena kalau kita bicara mengenai perempuan dalam politik itu bicara mengenai kehadiran perempuan. Partisipasi perempuan kemudian ada kebijakan yang dihasilkan," kata Audra Jovani.
Menurutnya, meski keterwakilan perempuan masih belum memenuhi kuota 30 persen, namun apa kiprah para legislator perempuan sudah cukup menggembirakan.
"Karena banyak kebijakan yang dihasilkan yang pro terhadap perempuan dan juga masyarakat. Salah satunya Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, RUU Kesejahteraan di bidang anak, RUU PRT," kata Audra Jovani.
Dia menyebut kehidupan politik untuk mahasiswa penting sekali. Karena dari situ mahasiswa menjadi tahu bahwa mereka harus masuk ke dalam sistem untuk melakukan perubahan.
"Seperti yang disampaikan Bu Sondang bahwa semua harga yang berhubungan di pasar itu merupakan hasil dari keputusan politik. Karena itu kita harus masuk dalam politik. Kalau masuk dalam politik kita bisa buat kebijakan untuk kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.