Nusantaratv.com - CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk mengomentari upaya Amerika Serikat (AS) melemahkan Rusia yang ternyata membuat negara itu semakin kuat.
Dilansir dari RT, Selasa (12/3/2024), sang miliarder setuju dengan pandangan investor David Sacks jika upaya Washington melemahkan Rusia malah terjadi sebaliknya. Dan kenyataannya hanya membuat Rusia semakin kuat.
Sacks berbagi pandangan mengenai konflik Ukraina dalam sebuah wawancara yang diposting di X (Twitter) pada Minggu (10/3/2024). Dalam wawancara itu, Sacks menyebutnya sebagai "serangan besar Biden".
"Kami telah membuat militer Rusia lebih kuat, lebih besar dari sebelumnya, memproduksi lebih banyak senjata, dan meningkatkan basis industri. Ditambah lagi sekarang mereka telah teruji dan diperkeras dalam pertempuran, terutama melawan senjata Barat," ujarnya.
Musk tampaknya setuju dengan pendapat David Sacks dengan memberi komenter di X. "Sayangnya, ini benar".
Mengutip jumlah tentara Rusia dibandingkan dengan Ukraina, Sacks menyatakan Biden telah "menciptakan" militer Rusia yang jauh lebih "tangguh". Sementara itu, Amerikalah yang telah melihat persediaannya "habis dan kosong", bantahnya.
Menurut Sacks, sanksi ekonomi terhadap Rusia telah menjadi salah perhitungan besar dalam kebijakan Biden. Dia meyakini gagasan untuk "menghancurkan" Rusia dengan sanksi adalah sebuah delusi karena perekonomian negara tersebut stabil dan bahkan mengungguli perekonomian G7 pada 2023.
"Perekonomian Rusia tumbuh lebih cepat dibandingkan negara-negara G7 lainnya. Ini benar-benar booming dan perekonomian sekutu kami di Eropalah yang terpukul oleh sanksi tersebut," sebutnya.
Namun, ujar dia, Ukrainalah yang paling menderita akibat keterlibatan AS dalam konflik tersebut. Dia menyerang Biden yang mengklaim jika AS akan "membantu meringankan penderitaan rakyat Ukraina" namun pada kenyataannya, dukungan Washington "terhadap perang proksi ini dan kesediaan kami untuk berperang sampai Ukraina yang terakhir" telah menyebabkan "bencana kemanusiaan".
Ini bukan pertama kalinya kedua pria ini bersekutu dalam isu serupa. Awal bulan ini, Musk setuju dengan pernyataan Sacks di X jika NATO "menghadapi krisis eksistensial" setelah runtuhnya Uni Soviet dan memutuskan untuk memulai ekspansi besar-besaran untuk mengisi kekosongan tersebut.
AS telah menjadi pendukung utama Ukraina dan telah memberikan lebih dari US$111 miliar bantuan militer dan keuangan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, bantuan AS telah berkurang drastis ketika pemerintahan Biden berjuang mengatasi penolakan Partai Republik terhadap upayanya untuk memberikan tambahan dana sebesar US$60 miliar untuk Ukraina.
Di sisi lain, Moskow mengatakan AS dan sekutunya yang terus mempersenjatai Ukraina tidak dapat menghalangi Rusia mencapai tujuannya. Rusia menyebut mereka hanya memperpanjang penderitaan rakyat Ukraina.