Nusantaratv.com - Serangan rudal Rusia menghantam pangkalan besar Ukraina di dekat perbatasan Polandia yang notabenenya merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Minggu (13/3/2022). Pejabat setempat mengkonfirmasi, serangan tersebut menewaskan 35 orang dan melukai 134 lainnya.
Mengutip Reuters, Kementerian Pertahanan Rusia lalu mengklaim serangan udara itu telah menghancurkan sejumlah besar senjata bantuan militer yang dipasok oleh negara-negara asing di fasilitas pelatihan Ukraina itu. Rusia pun mengklaim pihaknya telah menewaskan hingga 180 tentara bayaran asing'.
Walau begitu, Reuters menegaskan pihaknya tak dapat secara independen memverifikasi jumlah korban yang dilaporkan oleh kedua belah pihak tersebut.
Adapun serangan terhadap Pusat Perdamaian dan Keamanan Internasional Yavoriv--yang merupakan pangkalan yang hanya berjarak 15 mil atau sekitar 25 kilometer dari perbatasan Polandia yang sebelumnya menampung instruktur militer NATO--membawa konflik ke ambang pintu aliansi pertahanan Barat.
Rusia sebelumnya sudah memperingatkan pada hari Sabtu (12/3/2022) lalu bahwa rentetan pengiriman senjata Barat ke Ukraina dapat dianggap sebagai target yang sah. Sementara Inggris mengatakan insiden itu menandai 'eskalasi signifikan'.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan menambahkan, setiap serangan di wilayah NATO akan memicu respons penuh oleh aliansi sejumlah negara tersebut.
Terpisah, Gubernur regional Maksym Kozytskyy mengatakan pesawat Rusia menembakkan sekitar 30 roket ke fasilitas Yavoriv, namun beberapa di antaranya berhasil dicegat.
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov juga mengatakan Rusia telah menggunakan senjata jarak jauh berpresisi tinggi untuk menyerang Yavoriv dan fasilitas terpisah di desa Starichi.
"Akibat serangan itu, hingga 180 tentara bayaran asing dan sejumlah besar senjata asing dihancurkan," katanya.
Yavoriv, fasilitas seluas 360 kilometer persegi itu diketahui merupakan salah satu yang terbesar di Ukraina dan terbesar di bagian barat negara itu, yang sejauh ini terhindar dari pertempuran terburuk.
Militer Ukraina dilaporkan mengadakan sebagian besar latihannya dengan negara-negara Barat di pangkalan itu sebelum invasi oleh Rusia. Latihan besar terakhir adalah pada bulan September.
"Ruang makan dan asrama hancur. Begitu juga baraknya," kata seorang petugas di cadangan medis Ukraina Kolonel Leonid Benzalo. "Yang paling penting adalah kami masih hidup," katanya kepada Reuters usai merawat sejumlah orang yang terluka di sana.
Sementara itu, negara-negara Barat telah berusaha untuk mengisolasi Putin dengan memberlakukan sanksi ekonomi yang keras kepada Rusia, dan telah memasok Ukraina dengan senjata.
Pertempuran Sengit Masih Terjadi
Sirene serangan udara masih meraung di seluruh ibu kota Kyiv dan pihak berwenang mengatakan mereka menimbun makanan selama dua minggu untuk 2 juta orang yang belum melarikan diri dari pasukan militer Rusia yang berusaha mengepung kota.
Ukraina melaporkan serangan udara baru di bandara di barat dan penembakan berat di Chernihiv timur laut ibukota. Pejabat Kementerian Dalam Negeri Vadym Denyenko mengatakan pasukan Ukraina melakukan serangan balik di wilayah Kharkiv timur dan sekitar kota selatan Mykolayiv.
Terbaru, seorang jurnalis asal Amerika ditembak mati dan diklaim merupakan ulah pasukan Rusia di kota Irpin, barat laut Kyiv. Namun terlepas dari rentetan kekerasan itu, kedua belah pihak memberikan peluang optimis tentang prospek kemajuan pada rapat yang diadakan secara berkala.
"Rusia sudah mulai berbicara secara konstruktif," kata perunding Ukraina Mykhailo Podolyak dalam sebuah video daring. "Saya pikir kami akan mencapai beberapa hasil secara harfiah dalam hitungan hari," kata dia.
Seorang delegasi Rusia Leonid Slutsky menambahkan bahwa mereka sudah membuat kemajuan yang signifikan dan ada kemungkinan para delegasi dapat segera mencapai rancangan kesepakatan.
Namun demikian, tak ada pihak yang menjelaskan inti dan hasil rapat itu. Rapat tiga putaran antara kedua belah pihak di Belarusia, terakhir Senin lalu, difokuskan terutama pada masalah kemanusiaan.