Saran Apkasindo dan Gapki ke Pemerintah untuk Mengatasi Harga Sawit yang Anjlok Lagi

Nusantaratv.com - 06 Juli 2022

Saat ini petani dilema antara tetap panen buah sawit atau dibiarkan saja di pohon/net
Saat ini petani dilema antara tetap panen buah sawit atau dibiarkan saja di pohon/net

Penulis: Alamsyah

Nusantaratv.com - Agar bisa mendongkrak harga sawit yang terus anjlok, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumatera Selatan (Sumsel), menyuarakan agar pemerintah memberikan kemudahan dan kelonggaran persyaratan ekspor Crude palm oil (CPO).
 
Anjloknya harga sawit yang diakibatkan oleh larangan ekspor CPO yang diterapkan pemerintah akhir April hingga Mei lalu, menurut Wakil Ketua Apkasindo Sumsel M Yunus, sejak awal sebenarnya bisa diprediksi.

"Kami sudah menduga ini pasti efek dominonya panjang karena kontrak yang sudah disepakati dibatalkan jadi kita harus membujuk ulang pembeli agar mau tanda tangan kontrak lagi, meloby ulang juga kapal yang batal disewa dan lainnya semua harus diperbaharui lagi," ujar M Yunus, Rabu (6/7/2022).

Meski larangan ekspor sudah dicabut hingga 1,5 bulan namun efeknya masih terasa hingga kini, karena sulit dan ribetnya syarat ekspor yang diterapkan pemerintah saat ini.

Yunus berharap pemerintah bisa memberikan kemudahan ekspor dengan meringankan sejumlah kebijakan dan biaya yang harus ditanggung oleh importir.

Mereka berharap kran ekspor yang dibuka ini juga dibarengi dengan kemudahan kebijakan jangan justru dipersulit karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk ekspor membuat daya saing minyak sawit ini kalah bersaing dengan minyak nabati dunia.

Padahal jika head to head minyak sawit dibandingkan minyak nabati, masih unggul minyak sawit daya saingnya namun karena biaya operasional bengkak dengan adanya banyak kebijakan tersebut membuat biaya operasional bengkak.

Seharusnya di saat harga anjlok seperti ini pemerintah bisa memberikan relaksasi biaya operasional ekspor untuk bisa mendongkrak kembali harga CPO sehingga efeknya juga bisa mendongkrak harga sawit di tingkat petani.

Yunus mengatakan saat ini petani dilema antara tetap panen buah sawit atau dibiarkan saja di pohon.

Sebab kalau dipanen rugi karena biaya operasional lebih mahal dari harga sawit yang dipanen karena harga pupuk mahal, upah pekerja yang panen juga besar sedangkan harga TBS anjlok.

Padahal saat ini waktu yang krusial karena musim anak sekolah butuh dana besar dan juga untuk operasional kebun dan juga makan sehari-hari.

Tapi kalau sawit tidak dipanen dan dibiarkan saja di pohon akan membuat buah sawit busuk dan merusak pohon sehingga justru berdampak lebih fatal lagi.

"Bagai buah simalakama, mau panen rugi, tidak dipanen juga rugi sebab merusak pohonnya jadi kami berharap pemerintah bisa segera memberikan solusi masalah ini agar TBS dan CPO bisa kembali naik harganya," harap Yunus.

Sementara itu Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Alex Sugiarto mengatakan kondisi tangki penyimpanan yang penuh sehingga produksi CPO terhambat, menjadi salah satu penyebab.

Penyebab lain harga CPO anjlok karena banyaknya kendala atau persyaratan yang membuat perusahaan tidak dapat atau terlambat melakukan ekspor.

Untuk mendongkrak harga TBS tentunya ekspor harus lancar, kondisi tangki terjaga, sehingga tidak ada pembatasan pembelian TBS dari petani dan harga TBS bisa kembali naik .

Perlu dipahami pasca larangan ekspor dicabut, beberapa perusahaan harus melakukan kontrak ulang dengan kapal pengangkut dan eksportir menghadapi ketidakpastian.

"Gapki meminta kepada pemerintah untuk dapat memberikan relaksasi, karena perusahaan melakukan ekspor sawit dengan harga turun, namun kena beban pajak dan pungutan ekspor besar," harap Alex.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close