Nusantaratv.com - Wakil Presiden Indonesia K.H. Ma'ruf Amin memberikan kata sambutan pada acara Pengukuhan Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Periode 2023-2028. Berikut kata sambutannya,
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati
Menteri Pertanian;
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit;
Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia;
Ketua dan Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia yang baru dilantik;
Tamu undangan dan hadirin yang berbahagia;
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga hari ini kita dapat bertemu dalam keadaan sehat walafiat.
Selamat kepada seluruh Pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia periode 2023–2028.
Semoga amanah yang diberikan menjadi awal yang baik, husnul bidayah, serta membawa kemajuan bagi organisasi, masyarakat, dan negara.
Hadirin sekalian,
Pada Munas GAPKI ke-11 yang lalu, saya menekankan pentingnya langkah konkret penguatan internal industri sawit nasional. Saya minta GAPKI, antara lain untuk
(1) memperkuat kemitraan antara petani dan perusahaan besar,
(2) melakukan pendampingan dan bimbingan sertifikasi ISPO,
(3) mengoptimalkan program CSR,
(4) meningkatkan kepeloporan GAPKI untuk mengembangkan wilayah terpencil, serta
(5) memberdayakan masyarakat perkebunan melalui kerja sama dengan pondok pesantren.
Saya juga berpesan agar K/L terkait segera melakukan harmonisasi regulasi penyelesaian status perkebunan di kawasan hutan serta untuk percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat.
Saya berharap, pengurus yang baru dapat mengimplementasikan ke dalam program dan aksi nyata yang berdampak luas bagi masyarakat maupun pelaku industri, termasuk petani sawit.
Pengurus GAPKI akan menjadi ujung tombak untuk menyinergikan kekuatan internal tersebut dalam menghadapi tantangan global, khususnya kampanye negatif kelapa sawit.
Hadirin yang saya hormati,
Tantangan global semakin menguat sejak kita menjadi produsen utama kelapa sawit (CPO) dunia pada tahun 2006. Indonesia mendapat berkah besar karena permintaan produk olahan kelapa sawit yang terus meningkat.
Produksi CPO Indonesia yang sangat besar telah memunculkan kampanye negatif yang menuduh kelapa sawit sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim.
Argumen utamanya karena dianggap merusak lingkungan, merusak hutan, menyerap banyak air, menyebabkan pemanasan global, merusak lahan gambut, dan minyak yang dihasilkan mengandung lemak.
Tentu ini menjadi tugas kita bersama, Pemerintah, pengusaha kelapa sawit, petani kelapa sawit, beserta semua stakeholder terkait untuk menyusun strategi dan melakukan kampanye positif guna menekan isu tersebut.
Kita harus dapat mengomunikasikan informasi dan kebijakan secara efektif, serta membuktikan bahwa upaya pengembangan industri kelapa sawit nasional tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Pada pertemuan COP 27 November tahun lalu, mewakili Bapak Presiden, saya telah menyampaikan statement Indonesia di forum lingkungan hidup internasional yang sangat penting tersebut.
Salah satunya adalah, Indonesia terus berupaya untuk leading by example. Kebijakan yang kita ambil antara lain memperbarui Nationally Determined Contribution atau Enhanced Nationally Determined Contribution (Enhanced NDC), yang memuat peningkatan target penurunan emisi Indonesia.
Target semula dari 29% menjadi 31,89% dengan kemampuan sendiri, dan dari 41% menjadi 43,20% dengan dukungan internasional. Sesuai visi Indonesia, untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk penurunan emisi karbon jelas membutuhkan dukungan semua pihak. Industri kelapa sawit dari hulu sampai hilir mempunyai peranan penting untuk mencapai target pada tahun 2030. Transformasi industri kelapa sawit untuk menerapkan praktik berkelanjutan mutlak diperlukan.
Instrumen kebijakan untuk mendorong praktik keberlanjutan di industri kelapa sawit, telah tersedia.
Salah satunya Peraturan Presiden 44/2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, atau ISPO.
ISPO akan menaikkan daya saing sekaligus memperkuat upaya untuk mengakselerasi penurunan emisi karbon dari industri kelapa sawit Indonesia.
Berdasarkan perhitungan, tutupan kebun sawit nasional seluas 16,38 juta hektar berkontribusi pada penyerapan 2,2 miliar ton CO2 setiap tahun.
Selain itu program biodiesel atau B30 untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, telah mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 29,5 juta ton setara CO2 di tahun 2022. Artinya, kontribusi kebun sawit nasional ternyata cukup besar dalam pengendalian perubahan iklim.
Jika fakta-fakta tersebut terkomunikasikan dengan baik, maka diharapkan masyarakat internasional khususnya akan lebih memahami, sehingga dapat menekan kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit.
Hadirin sekalian,
Saya ucapkan terima kasih kepada jajaran pengurus GAPKI periode yang lalu, atas darma baktinya bagi kemajuan kelapa sawit Indonesia.
Harapan saya kepada jajaran pengurus yang baru agar lebih memperkokoh peran GAPKI dalam mewujudkan perkebunan kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan pada tahun 2024, serta membantu penyelesaian pekerjaan rumah seperti peningkatan produktivitas, kampanye negatif, gangguan usaha dan konflik, hilirisasi, maupun hambatan akses pasar di negara tujuan ekspor.
Akhir kata, selamat atas suksesnya penyelenggaraan Munas ke-11 GAPKI, juga selamat bekerja bagi jajaran Pengurus GAPKI periode 2023–2028. Semoga Allah SWT memberikan inayah-Nya dan meridai semua upaya yang kita lakukan.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq,
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.