Nusantaratv.com - Rusia murka terhadap ulah Latvia yang merobohkan monumen Obelisk setinggi hampir 260 kaki atau 79 meter yang didirikan di era pemerintahan Uni Soviet. Aksi itu dilakukan Latvia sebagai bentuk dukungan terhadap Ukraina yang masih digempur invasi Rusia.
Proses penghancuran monumen pun dipublikasikan media dan disambut oleh pemerintah Latvia pada Kamis (25/8/2022) waktu setempat.
"Menutup halaman sejarah yang menyakitkan dan mencari masa depan yang lebih baik," tulis Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics dalam sebuah kicauan di Twitter, Sabtu (27/8/2022).
Sebelumnya, pada Rabu, Dewan Kota Riga menyatakan bahwa monumen itu telah menjadi "simbol ideologis dari rezim totaliter Uni Soviet dan tentara Soviet."
"Pada saat Rusia, sebagai pewaris Uni Soviet, melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina, keberadaan monumen berisiko menimbulkan polarisasi masyarakat," katanya.
Ditegaskan, Latvia tidak akan mengizinkan simbol yang "membenarkan dan mengagungkan agresi".
Obelisk merupakan monumen yang terdiri atas lima menara dan bintang berujung lima. Monumen ini dibangun pada tahun 1985 di ibu kota Latvia, Riga, sebagai peringatan bagi tentara Soviet yang tewas dalam Perang Dunia II. Dengan begitu, monumen ini telah berdiri selama hampir empat dekade atau 40 tahun.
Penghancuran monumen ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menunjukkan solidaritas pada Ukraina dan untuk menghilangkan simbol dari apa yang dianggap banyak orang Latvia sebagai masa traumatis dalam sejarah negaranya.
Peruntuhan monumen ini menuai reaksi keras dari Rusia. Kremlin menuduh negara-negara Eropa menulis ulang sejarah dan mengabaikan peran Rusia selama Perang Dunia II. Selain itu, seorang pejabat Rusia menyebut pembongkaran monumen itu sebagai penghinaan bagi tentara Soviet.