Nusantaratv.com - Akibat dampak negatif dari masa-masa penuh disrupsi yang kini melanda masyarakat Indonesia, hal tersebut membuat pemegang amanah kalah dipercaya dari pendusta. Hal tersebut disampaikan oleh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Miftachul Akhyar.
K.H. Miftachul Akhyar yang biasa disapa Kiai Mif mengatakan, masa penuh disrupsi dipenuhi dengan kesamaran antara yang benar (haq) dengan yang batil. Seorang pembohong bisa lebih dipercaya, tapi yang berkata jujur justru tidak dipercaya.
"Zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya), justru kalah dengan para pembohong. Umat Islam, terutama kaum santri, harus bisa mengekang, mengendalikan diri, di zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak," ujar Kiai Mif dalam acara "Ngaji Revolusi Mental", yang digelar PBNU bekerjasama dengan Kemenko PMK, di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya, Jawa Timur.
"Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah," tambah Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah, Kedungtarukan, Surabaya itu.
Ngaji ini mengangkat sejumlah tema Revolusi Mental terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja dan integritas kepribadian.
Tampil sebagai narasumber yaitu Dr Andre Notohamijoyo, S.Sos, MSM, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kemenko PMK, KH Nurul Yakin Ishaq Katib Syuriyah, Prof Dr M Mukri, Ketua PBNU KH M Ma'ruf Khozin, dan Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.
Acara tersebut dipandu sejumlah moderator yakni Riadi Ngasiran dan Khudori Faraby.
Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggara PBNU, Choirul Sholeh Rasyid, menjelaskan kegiatan "Ngaji Revolusi Mental" merupakan perwujudan kerja sama PBNU dengan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
"Kegiatan ini rangkaiannya diadakan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah," tuturnya.