Nusantaratv.com - Sebanyak puluhan kambing milik warga di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mendadak mati tanpa penyebab yang jelas.
Peristiwa ini menyebabkan kerugian besar bagi peternak, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, dan memicu kecemasan mengenai penyebab kematian tersebut.
Pihak desa mengungkapkan kematian kambing-kambing ini terjadi mendadak dan saat ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Setidaknya 80 ekor kambing dilaporkan mati tanpa menunjukkan gejala sakit, semua peristiwa tersebut terjadi pada malam hari.
Untuk menghindari penyebaran penyakit atau bau busuk, warga setempat terpaksa mengubur kambing-kambing yang mati di area kandang.
Salah seorang warga, Supandi, menceritakan bahwa sebelum kambing-kambing tersebut mati, terdengar suara kambing sebanyak tiga kali.
Ketika diperiksa di kandang, kambing-kambing tersebut sudah dalam keadaan terkapar. "Tak lama setelah itu, kambing itu langsung mati," ujar Supandi.
Dua jam kemudian, kambing-kambing lainnya juga ikut mati. Sebelumnya, Supandi menyaksikan keempat kambing yang mati menunjukkan gejala kejang-kejang.
Supandi mengaku, dari total tujuh ekor kambing miliknya, tiga ekor yang masih hidup akhirnya dijual dengan harga murah.
"Yang hidup tinggal 3 ekor, akhirnya saya jual dengan harga Rp5 juta," tambah Supandi.
Dia menyebutkan, dalam kondisi normal, tiga ekor kambing bisa terjual seharga Rp8 juta, dan tujuh ekor kambing bisa mencapai Rp20 juta.
Menurutnya, sebelum kejadian ini, kambing-kambingnya dalam kondisi sehat. "Bukan hanya saya yang mengalaminya," kata Supandi.
Kejadian serupa juga dialami oleh beberapa warga lainnya di Desa Pomahan, termasuk Ketua RT 002 Dusun Pohijo, Suparno.
Suparno melaporkan pada bulan Desember 2024, lebih dari 80 ekor kambing mati mendadak.
"Awal Desember ada 44 ekor yang mati, kemudian di akhir bulan ada 36 ekor. Total ada sekitar 80 ekor kambing," kata Suparno.
Kambing-kambing tersebut milik 12 peternak di Dusun Pohijo RT 002 RW 002, dan semuanya sudah dikubur.
Suparno memperkirakan kerugian yang dialami para peternak mencapai sekitar Rp150 juta. Dia juga telah melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang, yang segera mengambil langkah dengan memberikan vitamin dan melakukan penyemprotan kandang.
Sementara itu, Siti Barokah, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo, menjelaskan gejala yang ditemukan di lapangan adalah pembesaran perut pada kambing-kambing yang mati.
"Kemungkinan kematian ini dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kualitas pakan yang dikonsumsi kambing. Saat itu, hujan deras menyebabkan kadar air pada rumput atau pakan sangat tinggi, yang kemudian dimakan oleh kambing-kambing tersebut hingga terjadi pembesaran perut," ungkap Siti.
Dia menambahkan, idealnya pakan ternak harus dijemur terlebih dahulu, namun pada saat itu tidak ada sinar matahari untuk pengeringan, sehingga pakan tetap dimakan oleh kambing dan menyebabkan kematian.
Hingga Jumat siang, fenomena kematian kambing yang tidak dapat dijelaskan ini masih mengganggu warga Ponorogo. Mereka berharap pemerintah segera mengambil langkah intensif untuk mengurangi kerugian dan mengatasi penyebab kematian kambing-kambing tersebut.