Protes Intervensi Anti-Militer di Rusia, Lebih dari 1.000 Pengunjuk Rasa Ditangkap

Nusantaratv.com - 25 Februari 2022

Banyak pengunjuk rasa anti-perang berkumpul di ibukota Rusia, Moskow, menentang intervensi militer negara mereka di Ukraina. (Anadolu Agency)
Banyak pengunjuk rasa anti-perang berkumpul di ibukota Rusia, Moskow, menentang intervensi militer negara mereka di Ukraina. (Anadolu Agency)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Organisasi non-pemerintah, OVD-Info pada Kamis (24/2/2022) mengatakan lebih dari 1.000 pengunjuk rasa di Rusia ditangkap dalam demonstrasi menentang intervensi militer negara itu di Ukraina.

Menurut OVD-Info, para pengunjuk rasa ditangkap di 51 kota di Rusia, termasuk ibu kota Moskow dan kota terbesar kedua Saint-Petersburg. "Hampir 700 orang ditangkap di Moskow dan sekitar 400 di Saint-Petersburg," kata OVD-Info, dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (25/2/2022).

Penangkapan itu terjadi ketika ribuan orang Rusia di banyak kota besar turun ke jalan pada Kamis (24/2/2022) untuk memprotes intervensi militer negara mereka di Ukraina. 'Revolusi Maidan' Februari 2014 di Ukraina menyebabkan mantan Presiden Viktor Yanukovych melarikan diri dari negara itu dan pemerintah pro-Barat berkuasa.

Hal itu diikuti oleh Rusia secara ilegal mencaplok wilayah Krimea dan separatis mendeklarasikan kemerdekaan di wilayah Donetsk dan Luhansk di Donbas di Ukraina timur, yang keduanya memiliki populasi etnis Rusia yang besar.

Ketika bentrokan meletus antara pasukan separatis yang didukung Rusia dan tentara Ukraina, perjanjian Minsk 2014 dan 2015 ditandatangani di Moskow setelah intervensi kekuatan Barat.

Konflik, bagaimanapun, membara selama bertahun-tahun dengan pelanggaran gencatan senjata terus-menerus. Hingga Februari 2022, sekitar 14.000 orang telah tewas dalam konflik di Ukraina timur.

Ketegangan mulai meningkat akhir tahun lalu ketika Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di perbatasan dengan Ukraina.

AS dan sekutunya menuding Rusia sedang bersiap menyerang tetangga baratnya, tuduhan yang secara konsisten dibantah Moskow.

Menentang ancaman sanksi oleh Barat, Moskow secara resmi mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka awal pekan ini, diikuti dengan dimulainya operasi militer di Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Presiden Vladimir Putin mengatakan operasi itu bertujuan untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran genosida oleh Kyiv sekaligus untuk 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina, dan menyerukan tentara Ukraina untuk meletakkan senjatanya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close