Protes Apartheid, 300 Produsen Film Boikot Yayasan Pendanaan Israel

Nusantaratv.com - 06 September 2022

Ilustrasi. Lebih dari 300 produsen film memboikot yayasan pendanaan Israel. (Fer Gregory/Shutterstock)
Ilustrasi. Lebih dari 300 produsen film memboikot yayasan pendanaan Israel. (Fer Gregory/Shutterstock)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Protes terbesar terhadap apartheid Israel membuat lebih dari 300 pembuat film menandatangani petisi menolak bekerja sama dengan yayasan asal Israel, Shomron Film Fund.

Para produsen film mengecam yayasan tersebut sebagai bagian dari mekanisme apartheid, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (6/9/2022). Shomron adalah kata Ibrani untuk Samaria, yang merupakan nama Alkitab dari wilayah pendudukan Tepi Barat.

Shomron Film Fund didirikan oleh mantan Menteri Kebudayaan Miri Regev yang kontroversial. Yayasan tersebut mendistribusikan dana hibah secara eksklusif kepada orang-orang Yahudi di pemukiman ilegal di wilayah pendudukan Tepi Barat. Para produsen film menilai, tindakan ini sebagai salah satu contoh kebijakan rasis Israel terhadap warga Palestina.

Para penandatangan petisi berjanji, mereka tidak akan mencari dana atau bekerja sama dengan Shomron Film Fund. Para penandatangan petisi mengatakan, "Bioskop Israel Tidak Akan Digunakan untuk Membersihkan Pendudukan". Pernyataan itu dipicu oleh kontroversi yang meletus setelah Festival Film Samaria diadakan untuk pertama kalinya sekitar dua bulan lalu, di pemukiman ilegal Ariel di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Penandatangan petisi yang mencakup produsen film Israel dan internasional mengatakan, dana itu merupakan bagian tak terpisahkan dari mekanisme apartheid. Mereka menolak klaimnya untuk mendukung keragaman dan pluralisme. 

Dalam petisi tersebut, mereka mengatakan, istilah keanekaragaman menjadi hampa, ketika dalam praktiknya mengaburkan kekerasan sistematis dan pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM).

"Shomron Film Fund bukanlah dana pluralistik, ini adalah bagian tak terpisahkan dari mekanisme apartheid terbuka untuk satu kelompok etnis (Yahudi) dan tertutup untuk yang lain (Palestina) yang tinggal di wilayah geopolitik yang sama (Tepi Barat yang diduduki)," demikian bunyi petisi tersebut.

Para penandatangan mendesak para produsen film untuk 'menarik garis merah' dalam menolak pendudukan Israel yang sedang berlangsung dan pencaplokan wilayah Palestina. Mereka berargumen, festival perdana dan penggalangan dana bukanlah cinta budaya tetapi politik yang bertujuan menghapus garis hijau dan pembedaan antara rezim militer dan sipil.

"Kami menyerukan kepada Akademi Film dan Televisi Israel, para pemimpin dan anggotanya pada umumnya, untuk tidak mengubah sinema Israel menjadi instrumen lain dalam penindasan rakyat Palestina," lanjut petisi itu.

Sebuah kampanye balasan untuk mendukung sistem pendanaan apartheid melihat sekitar 50 tokoh televisi (TV) dan produsen film Israel. Mereka menandatangani surat yang mendukung Shomron Film Fund. 

"Kami melihat dana tersebut sebagai rumah baru bagi kreativitas, menyambut baik pendiriannya dan percaya yayasan itu akan memberikan dukungan bagi suara-suara penting di perfilman Israel," demikian bunyi petisi itu.

Kelompok tersebut mengklaim untuk mendorong kebebasan berekspresi dan berkreasi bagi warga negara Israel tanpa mengacu pada agama, ras, jenis kelamin, afiliasi politik atau tempat tinggal.

Mereka juga mengklaim mendukung nilai-nilai yang bertentangan dengan praktik rasisme. "Negara Israel adalah mosaik kompleks yang membutuhkan dialog di antara semua bagiannya, dan bukan boikot," tambah para penandatangan petisi yang mendukung Shomron Fund.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close