Nusantaratv.com - Program Jalur Rempah yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek kembali akan digelar pada pertengahan 2024 mendatang.
Pada penyelenggaraan tahun ke delapan kali ini, program Jalur Rempah akan mengambil rute Sumatera bagian timur. Selain itu, komposisi peserta program Jalur Rempah 2024 akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek RI, Hilmar Farid usai tampil sebagai pembicara dalam forum diskusi Nature Nusantara Sustainibility tren forum 2024 yang digelar NusantaraTV di Bali Room Hotel Kempinski Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Hilmar mengatakan sesuai tradisi program Jalur Rempah pada 2024 ini tetap ada kegiatan pelayaran. Rute yang akan diambil adalah Sumatera bagian barat.
“Kalau tahun lalu kita ambil Sumatera bagian timur, tahun ini Jalur Rempah akan menyusuri Sumatera bagian barat. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Batam dan ada rencana mampir di Malaka,” ujar Hilmar.
Ia menyampaikan Kemendikbudristek melalui Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek telah menjalin kerjasama dengan TNI AL sejak pertama kali melaksanakan program Jalur Rempah.
“Tetap menggunakan kapal layar Dewaruci,” ungkap.
Komposisi Peserta
Adapun yang berbeda dalam pelaksanaan Program Jalur Rempah 2024, kata Hilmar, terkait pesertanya.
“Untuk tahun ini kita akan mengajak pelaku budaya dan media agar mengenal juga program Jalur Rempah lebih dekat,” tuturnya.
Hilmar menjelaskan saat ini pihaknya bersama TNI AL tengah menghitung kondisi cuaca.
“Pertengahan tahun 2024 pasti ya. Tapi kita lagi ngecek dengan teman-teman dari Angkatan Laut kapan waktu yang terbaik. Karena ini kan menggunakan kapal layar. Bukan kapal mesin yang setiap saat bisa. Sangat tergantung pada ombak, angin dan sebagainya. Kita lagi hitung lagi,” bebernya.
Seiring dengan penyelenggaraan yang sudah kesekian kalinya, sambung Hilmar, pada Program Jalur Rempah 2024 pihaknya ingin memperluas cakupan wilayah dan masyarakat.
“Kalau tahun lalu memang sifatnya lebih introduksi atau pengenalan. Pengenalan terhadap narasi Jalur Rempah. Kita menganggap sudah 2 tahun mengkampanyekan ini, sudah cukup baik. Respon dan sambutan masyarakat bagus. Karena itu kita ingin memperluas cakupannya,” jelasnya.
“Harapannya tentu kita ingin sekali melihat awareness masyarakat mengenai keberadaan jalur rempah dan juga kekayaan bio-kultural kultural yang kita miliki. Sehingga ke depan ini akan jadi modal untuk kita membangun Indonesia yang lebih baik,” tambahnya.
Selain kegiatan pelayaran, kata Hilmar, ada juga kegiatan lain dalam Program Jalur Rempah, salah satunya adalah mengidentifikasi sebenarnya potensi di daerah itu yang terkait dengan rempah.
“Karena kan setiap daerah memiliki rempah yang berbeda-beda. Ada yang lada, pala, cengkeh dan lain-lain. Kemudian menghubungkan titik-titik jalur rempah. Yang dalam sejarah sempat terputus,” ungkapnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Nilai Positif Nature Nusantara Sustainibility tren forum 2024 yang Digelar NusantaraTV
Menghubungkan Kembali Titik-titik Jalur Rempah
Hilmar mengatakan sejatinya Indonesia merupakan satu-kesatuan dalam Jalur Rempah. Tetapi karena dampak kolonialisme kemudian masuk zaman modern sekarang ini terjadi perubahan yang signifikan.
“Nah kita ingin melalui kegiatan ini, menyambungkan kembali titik-titik yang dilalui jalur rempah. Jalan konsep berpikir yang secara historis tetapi di dalam konteks kekinian. Kita harapkan banyak pesertanya anak muda sehingga mulai bisa membangun narasi keterhubungan itu,” ujarnya.
Menurut Hilmar Indonesia saat ini sudah memiliki konektivitas karena infrastruktur yang sudah relatif merata.
“Pelabuhan sudah banyak, begitu juga tol laut. Tetapi konektivitas di pikiran dan di hati itu yang masih perlu dikembangkan,” kata Hilmar.
Sejak pertama kali digagas, kata Hilmar, praktis sudah ada 20 provinsi yang disinggahi Program Jalur Rempah.
“Banyak juga yang ngomel. Mereka bilang kenapa tempat kami tidak dilalui,” ungkapnya.
Hilmar mengakui hingga kini upaya untuk memassifkan pemahaman tentang Jalur Rempah ini masih sangat bergantung pada inisiatif pemerintah. Keterlibatan komunitas dan dunia usaha masih terbatas.
“Ke depan kita ingin yang pegang peran utamanya adalah masyarakat. Pemerintah cukup jadi fasilitator. Kita masih bergerak ke arah sana. Supaya gaung Jalur Rempah ini lebih luas,” paparnya.
Mengacu pada kondisi tersebut, Pemerintah ke depannya terpikir untuk melibatkan para influencer dan para tokoh masyarakat baik yang skala lokal maupun nasional.
Hilmar menekankan target dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan dunia (World Heritage).