Nusantaratv.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro memiliki peran 'langsung dan relevan' dalam menyebarkan disinformasi tentang proses pemilihan umum (pemilu) saat streaming langsung di media sosial (medsos).
Tudingan itu disampaikan dalam laporan Kepolisian Brasil, seperti dilaporkan Al Jazeera, Jumat (17/12/2021). Komisaris Polisi Federal Denisse Ribeiro menulis dalam dokumen jika siaran Bolsonaro memiliki 'tujuan yang jelas' untuk menyesatkan warga Brasil atas integritas pemilihan negara itu.
Dalam buku pedoman politik yang mirip dengan yang digunakan oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Bolsonaro telah mengatakan beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir jika sistem pemilihan elektronik Brasil dicurangi selama pemilihan presiden 2018, yang dia menangkan.
Bolsonaro mengatakan dia seharusnya terpilih pada putaran pertama pemungutan suara, tetapi tidak pernah menunjukkan bukti penipuan. Dia juga meragukan integritas pemilihan tahun depan.
Bolsonaro menyiratkan jika dia mungkin tidak akan menerima hasilnya jika sistem elektronik tidak diubah menjadi sistem yang menyertakan kuitansi cetak yang dapat dihitung ulang.
Klaim Bolsonaro telah ditolak oleh para ahli peradilan Brasil, dan para kritikus menuduh pemimpin sayap kanan itu, yang popularitasnya menurun di tengah krisis Covid-19 di Brasil, berusaha menabur keraguan menjelang pemungutan suara tahun 2022 untuk menolak hasil pemilu.
Bolsonaro saat ini membuntuti mantan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva dalam jajak pendapat. Lula, pernah memimpin Brasil dari 2003 hingga 2010.
Lula memiliki 48 persen suara dibandingkan dengan 22 persen untuk Bolsonaro, menurut jajak pendapat yang diterbitkan pada Kamis (16/12/2021) oleh perusahaan terkemuka Datafolha.
Artinya, jika pemilu digelar hari ini, Lula memiliki cukup suara untuk menang di putaran pertama. Undang-undang pemilu Brasil mengharuskan seorang kandidat untuk memenangkan lebih dari setengah suara sah, dikurangi dengan surat suara kosong dan rusak.
Jajak pendapat Datafolha sebelumnya pada September menemukan Lula meraih 44 persen suara, dibandingkan dengan 26 persen untuk Bolsonaro. Kantor Kepresidenan Brasil tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang dokumen polisi federal.
Ribeiro mencatat dalam laporannya jika presiden mempertanyakan tindakan serangkaian pekerja publik yang terlibat dalam proses pemilihan, sementara juga mempromosikan informasi yang salah yang didukung oleh pendukung konservatifnya.
"Penyelidikan ini memungkinkan kami untuk mengidentifikasi bahwa Yang Mulia Presiden Jair Messias Bolsonaro memiliki tindakan langsung dan relevan dalam mempromosikan disinformasi, mengikuti pola yang telah digunakan oleh pemerintah negara lain," kata Ribeiro.
Laporan itu dikirim ke Hakim Agung Alexandre de Moraes, yang memimpin penyelidikan berita palsu. Penyelidikan Polisi Federal didorong oleh siaran video oleh Bolsonaro pada Agustus di mana dia mengajukan sejumlah pertanyaan tentang keamanan sistem pemungutan suara elektronik yang digunakan di Brasil sejak 1996.
Di sisi lain, baik Bolsonaro maupun Lula belum secara resmi menyatakan pencalonan mereka untuk pemilihan presiden tahun depan di negara terbesar di Amerika Latin itu.