Posyandu di Kabupaten Paser Gunakan Timbangan Digital Deteksi Stunting

Nusantaratv.com - 19 Januari 2023

Petugas posyandu melakukan deteksi dini stunting pada balita melalui timbangan digital. ANTARA/R. Wartono
Petugas posyandu melakukan deteksi dini stunting pada balita melalui timbangan digital. ANTARA/R. Wartono

Penulis: Habieb Febriansyah

Nusantaratv.com - Posyandu di Kabupaten Paser, Kaltim, secara bertahap mengganti alat timbang manual atau dacin ke alat timbang digital yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga bisa mengetahui perkembangan kondisi anak untuk deteksi dini stunting.

“Secara bertahap setiap posyandu mengganti dacin ke timbangan digital dan menggunakan antropometri kid yang standar,” kata Sub koordinator kesehatan keluarga Dinkes Paser Rusmalayana SKM di Tanah Grogot, Kamis.

Dikatakannya, untuk pengadaan alat antropometri, berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK), hibah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan bantuan Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Paser.

Penanganan stunting secara spesifik, yaitu dengan deteksi dini dimulai dari pengukuran bayi dan balita di posyandu, kemudian divalidasi oleh tenaga gizi puskesmas.

"Keberadaan alat timbang digital sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan bayi. Selain itu juga dilakukan konseling oleh petugas kesehatan," katanya.

Rusmalayana menerangkan pada tahun 2023 Dinkes Paser akan menggelar pelatihan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pelatihan tersebut diberikan kepada kader posyandu, guru pendidikan anak usia dini (PAUD) atau guru Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal.

Menurutnya, pelatihan dilaksanakan di seluruh puskesmas dengan tenaga pelatih dari Dinkes Paser bekerja sama dengan puskesmas dan organisasi profesi menggunakan dana DAK non fisik.

Sementara, Sekretaris Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Paser Amir Faisol mengatakan pengukuran berat dan tinggi badan bayi secara berkelanjutan penting dilakukan untuk mengetahui persentase kasus stunting saat ini.

"Data yang ada berdasarkan pengukuran di posyandu yaitu 21 persen lebih dari 50 ribu balita dinyatakan stunting," katanya.

Data tersebut kata Amir lebih rendah dari yang dikeluarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan yaitu 22,5 persen.

Menurutnya, karena pada saat pengukuran berat badan di posyandu itu tidak semua balita yang datang, jadi persentase kasus stunting belum akurat.

Amir berharap kepada para orangtua dapat memahami pentingnya pengukuran berat badan bagi balita yang dilakukan setiap bulan mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun, sehingga dapat diketahui apakah anak tersebut termasuk kurang gizi, karena nanti petugas kesehatan akan memberikan edukasi dan pembinaan.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close