Nusantaratv.com - Kepolisian Resor Manggarai Barat, Polda Nusa Tenggara Timur melaksanakan apel siaga di halaman Mapolres Manggarai Barat untuk menghadapi sejumlah masalah bencana alam yang disebabkan cuaca ekstrem di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Wakapolres Mabar, Kompol Eliana Papote mengatakan, apel tersebut dilakukan untuk membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan bersama untuk menghadapi keadaan darurat yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem yang sering melanda.
Selain itu, lanjut Dia, untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan berbagai peralatan penanggulangan bencana yang dapat digunakan saat tanggap darurat.
Kompol Eliana menjelaskan, kegiatan itu juga untuk meningkatkan koordinasi, kolaborasi dan memastikan peran setiap stakeholder dalam penanggulangan bencana cuaca ekstrem, dan memastikan aktifnya Pos Komando Siaga Cuaca Ekstrem di setiap unit yang siap disatukan dalam Pos Komando Tanggap Darurat.
“Saya mengimbau kepada kita semua yang hadir dan seluruh masyarakat dalam rangka mengantispasi kemungkinan buruk yang dipicu oleh cuaca ekstrem untuk meningkatkan kewaspadaan dan terus memonitor informasi cuaca yang bersumber dari BMKG dan memastikan peringatan dini tersampaikan kepada warga masyarakat,” ujar Kompol Eliana.
Menurutnya Manggarai Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor, angin kencang maupun kebakaran.
“Hampir tiap tahun bencana ini melanda wilayah kita di Kabupaten Manggarai Barat ini,” ujar Kompol Eliana.
“Bencana telah memberikan kita banyak pelajaran berharga. Kita mesti berbenah dan menguatkan koordinasi dan kolaborasi di dalam upaya penanggulangan bencana di Kabupaten Manggarai Barat. Kita hendaknya tidak terjebak di dalam kolaborasi yang disebut sebagai ‘kolaborasi cangkang’,” lanjutnya.
Menurutnya, kolaborasi cangkang adalah kolaborasi semu, pihak-pihak yang terlibat dibatasi oleh ego sektor yang menjadi cangkang pembatas kolaborasi.
“Nampak sama-sama bekerja, tetapi tidak bekerja sama. Pihak-pihak yang berkolaborasi tidak saling mengetahui apa yang diketahui dan dikerjakan oleh pihak lain. Alhasil kita tidak dapat melihat sinergi yang memicu output dan outcome yang signifikan di dalam penanggulangan bencana baik pada fase pra-bencana, fase tanggap darurat, dan fase pasca bencana,” tutupnya.