Nusantaratv.com - Pada pertengahan Februari 2023, konflik Rusia dan Ukraina tampaknya jauh dari kata usai. Kali ini, kota Bakhmut di wilayah Ukraina timur terus dibombardir pihak Rusia.
Menurut Kantor Berita Reuters, serangan ke Bakhmut merupakan babak pembuka dari serangan baru yang akan dijalankan secara besar-besaran oleh pihak Rusia.
Rusia mengincar Bakhmut sejak Agustus 2022 karena penaklukan terhadap kota itu akan menjadi pijakan baru bagi Rusia untuk menyerang kawasan Donetsk ke depannya. Wilayah Donetsk dan Luhanks (atau kerap disebut sebagai Donbas) merupakan daerah jantung industri Ukraina.
Dari kekuatan tempur Rusia yang sedang melakukan serangan besar di wilayah tersebut, tidak afdol rasanya bila tidak menyebut Kelompok atau Grup Wagner, organisasi paramiliter Rusia yang kerap disebut sebagai perusahaan militer swasta.
Pendiri Kelompok Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pada Minggu (12/2) melalui pesan suara dalam aplikasi perpesanan Telegram bahwa "hari ini, pemukiman Krisna Hora telah dikuasai oleh serangan pasukan perusahaan militer swasta Wagner".
Krasna Hora merupakan sebuah desa yang berada di sebelah utara kota Bakhmut. Reuters menyatakan tidak bisa memverifikasi klaim tersebut.
Wartawan BBC yang melaporkan langsung dari medan pertempuran di Bakhmut menyatakan bahwa pasukan Rusia mulai merangsek maju, begitu pula dengan gelombang demi gelombang tentara bayaran dari kelompok Wagner telah dikirim untuk Pertempuran Bakhmut.
Dalam video wawancara dengan bloger militer Rusia, Semyon Pegov, yang dipublikasikan pada Jumat (10/2), Prigozhin berpendapat bahwa Rusia perlu menguasai sepenuhnya Donetsk dan Luhanks sebagai sasaran penting dalam perang tersebut.
Menurut Prigozhin dalam wawancara yang dikutip Reuters tersebut, diperlukan setidaknya satu hingga dua tahun untuk mewujudkan tujuan tersebut, bahkan kemungkinan tiga tahun bila ingin mencapai sungai Dnipro yang membelah Ukraina.
Tentara rahasia
Kelompok Wagner, sebelum akhirnya terkuak ke publik, awalnya merupakan kekuatan tentara bayaran rahasia yang berjuang untuk kepentingan sekutu Moskow.
Wagner menjadi terkenal selama Perang Donbas di Ukraine pada 2014-2015. Wagner membantu kekuatan separatis Rusia sehingga berkontribusi dalam terbentuknya Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.
Selain di Ukraina, serdadu Wagner juga dilaporkan sejumlah media asing telah terlibat dalam beragam konflik di berbagai belahan dunia termasuk di Afrika Tengah, Libya, Mali, dan Suriah.
Berdasarkan investigasi pada tahun 2022 yang dilakukan Bellingcat (kelompok jurnalis investigatif Belanda), The Insider (media independen daring berbahasa Rusia berbasis di Riga, Latvia), serta Der Spiegel (majalah Jerman), aktivitas yang dilakukan pendiri Wagner, Prigozhin "sangat terintegrasi dengan Kementerian Pertahanan Rusia dan perpanjangan intelijennya, GRU".
Meski membantu pihak Rusia, tetapi Prigozhin juga beberapa kali melontarkan kritik kepada Kementerian Pertahanan Rusia, sebuah lembaga yang ditudingnya mencuri pujian akan kesuksesan yang dilakukan Wagner. Prigozin sendiri, perusahaannya, serta rekan-rekannya saat ini menghadapi sanksi ekonomi dan tuntutan pidana antara lain dari Amerika Serikat.
AS juga memperkirakan bahwa Wagner saat ini memiliki sekitar 50.000 personel yang diturunkan di Ukraina, termasuk 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana yang direkrut dari penjara-penjara di Rusia.
Organisasi kriminal
Selain itu, AS juga menyatakan kelompok tersebut melakukan tindak kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia sehingga Januari lalu telah menetapkan Wagner sebagai Organisasi Kriminal Transnasional.
Prigozhin telah menyangkal berbagai tuduhan tersebut dan meminta pemerintah AS untuk melakukan klarifikasi terhadap tujuan kejahatan yang disematkan kepada Wagner.
Sedangkan terkait dengan kegiatan perekrutan narapidana, Prigozhin menyatakan pihaknya telah menghentikan rekrutmen narapidana untuk bertempur di Ukraina.
Wagner mulai merekrut narapidana di penjara Rusia pada musim panas 2022. Para narapidana tersebut ditawarkan pengampunan bila mereka dapat bertahan selama enam bulan di Ukraina.
Wagner tidak menyediakan informasi mengenai berapa banyak narapidana yang telah bergabung. Namun, data peradilan Rusia pada November menunjukkan bahwa populasi penjara di negara itu menurun lebih dari 20.000 pada Agustus-November 2022, terbesar selama lebih dari satu dekade.
Pada Januari, media pemerintah Rusia menayangkan rekaman pertemuan Prigozhin dengan kelompok pertama tentara narapidana setelah mereka bertugas di Ukraina dan mendapatkan pengampunan.
Dalam sebuah video, Prigozhin berkata kepada para serdadu, "Ingat, hidup telah memberi kalian kesempatan. Kalian tidak menghindar dari kehormatan, kalian tidak merusaknya, kalian mempertahankan tanah air, kalian semua siap gugur dalam 180 hari terakhir ini".
Kejahatan perang
Masih pada bulan yang sama, para pakar PBB juga telah menyerukan digelarnya penyelidikan independen terhadap dugaan kejahatan perang dan kejahatan melawan kemanusiaan oleh berbagai pihak, salah satunya kelompok Wagner, di Mali.
Seperti diketahui, pemerintah Mali yang berkuasa sejak melakukan kudeta militer pada 2021, telah menyebutkan bahwa kelompok bersenjata Rusia di negara Afrika barat tersebut bukanlah tentara bayaran tetapi pelatih yang membantu serdadu setempat dengan peralatan yang dibeli dari Rusia.
Mali terlibat dalam pertempuran melawan kelompok militan yang dikaitkan dengan Al Qaeda dan ISIS. Militan tersebut telah melakukan perlawanan bersenjata sekitar satu dekade dan pertikaian tersebut juga telah menyebar ke sejumlah negara-negara tetangga Mali.
Pernyataan dari pakar independen menyebutkan nama Kelompok Wagner, serta menggambarkan laporan kredibel mengenai keterlibatan personel militer yang diyakini termasuk bagian dari kelompok tersebut dalam pembantaian ratusan orang di Mali pada Maret 2022.
Saksi penyintas mengemukakan bahwa mereka melihat tentara bayaran berkulit putih, yang diduga adalah orang Rusia, ikut ambil dalam pembantaian di Moura, kota di Mali pusat.
Insiden tersebut diketahui mengakibatkan kemarahan di dunia internasional sehingga mendorong PBB untuk membuka investigasi awal. Pihak tentara Mali telah menyangkal melakukan pelanggaran di Moura dan menyatakan bahwa kejadian itu adalah operasi militer yang menewaskan 203 militan.
Presiden Vladimir Putin pada tahun lalu menyatakan bahwa negaranya tidak ada kaitannya dengan kontraktor militer Rusia yang beroperasi di Mali, dan menambahkan bahwa negara di Afrika berhak untuk bekerja sama dengan perusahaan swasta Rusia.
Dengan jejak yang kontroversial di berbagai lokasi di planet ini, tampaknya keterlibatan pihak militer swasta seperti Kelompok Wagner tidak akan membantu dalam penyelesaian konflik antara Ukraina dan Rusia ke depannya.(Ant)