Nusantaratv.com - Sepekan lalu kala Liz Truss masih menjadi Perdana Menteri (PM) Inggris, Suella Braverman mundur dari jabatan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris. Ini terjadi setelah dirinya salah menggunakan email.
Kini PM Inggris berganti ke Rishi Sunak, Suella ditunjuk lagi untuk menjadi Mendagri. Sunak menunjuk kembali Braverman sebagai Mendagri Inggris pada Rabu (26/10/2022) atau enam hari setelah Suella mundur pada 19 Oktober.
"Mendagri telah melakukan keputusan yang salah tapi dia menyadari itu, dia mengangkat masalah itu dan dia mengakui kesalahannya," ujar Rishi Sunak kala menjawab pertanyaan parlemen.
Ketua Partai Konservatif, Nadhim Zahawi, menilai penunjukan kembali Braverman menjadi semacam 'penebusan dosa' atas kesalahan Braverman sendiri, mengutip BBC.
"Perdana Menteri (Sunak) memutuskan untuk memberi dia kesempatan kedua," kata Nadhim.
Angota DPR dari partai oposisi dan sebagian dari anggota Partai Konservatif (Tory) sendiri menentang penunjukan kembali Suella Braverman. Soalnya, dia pernah kena skandal mengirim email resmi kenegaraan memakai email pribadi.
Partai Buruh dan Partai Demokrat Liberal menyerukan penyelidikan terhadap penunjukan kembali Braverman oleh Sunak.
Ketua Partai Konservatif (yang notabene separtai dengan Braverman) era Liz Truss, Jake Berry, menilai Braverman sudah melakukan sejumlah pelanggaran aturan. Insiden salah kirim email menjadi salah satunya.
Braverman, kata Berry, mengirim email resmi kenegaraan menggunakan email pribadi ke email anggota DPR, kemudian merusaha menyalinnya untuk dikirim ke istri anggota DPR, namun secara tidak sengaja terkirim ke staf anggota DPR.
"Menurut saya, itu adalah pelanggaran serius," kata Berry.
Pimpinan Partai Buruh (oposisi sekarang), Keir Starmer, menilai penunjukan kembali Braverman adalah kesepakatan (deal) kotor Sunak di Partai Konservatif, supaya Sunak dapat dukungan dari partainya sendiri.
Januari lalu, koran Daily Teregraf memberitakan bahwa Suella Braverman ingin memblokir berita BBC mengenai mata-mata dalam negeri Inggris (MI5). Ini menjadi skandal tersendiri selain isu 'salah email'.