PKK dan BKKBN Kepri Galakkan Makan Ikan Guna Cegah Stunting

Nusantaratv.com - 12 Desember 2022

Sejumlah ibu mendampingi buah hati bermain di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. (ANTARA/Ogen)
Sejumlah ibu mendampingi buah hati bermain di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. (ANTARA/Ogen)

Penulis: Habieb Febriansyah

Nusantaratv.com - Tim Pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Provinsi Kepulauan Riau (TP PKK) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggalakkan masyarakat makan ikan guna mencegah stunting.

Ketua TP PKK Kepri Dewi Kumalasari menyebut orang tua, khususnya ibu, dapat mengolah bahan ikan menjadi makanan yang disukai anak-anak, seperti otak-otak, bubur, dan nuget.

"Ikan apa saja baik, contohnya ikan tamban. Tinggal bagaimana mengolah dan memasak, sehingga disukai anak-anak," kata dia di Tanjungpinang, Senin.

Ia mengimbau orang tua tidak ragu memberikan asupan ikan kepada anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas, sehat, dan tidak bergizi buruk.

Ia menyebut ikan memiliki kandungan protein yang lebih baik dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Beberapa manfaat makan ikan, antara lain terdapat kandungan omega tiga yang bermanfaat untuk kesehatan mata, otak, jaringan saraf, jantung, dan mengurangi stroke.

Ada pula kandungan vitamin B1, E, dan A untuk pertumbuhan kesehatan tulang mata serta memperkuat sistem imun tubuh. Komposisi amino juga lengkap, mudah dicerna dan diserap tubuh.

"Ikan mengandung sumber mineral, kalsium, kalium, zinc, dan fosfor untuk menyembuhkan luka, pertumbuhan tulang, dan meningkatkan imunitas tubuh," ujarnya.

Dewi yang juga anggota DPRD Kepri itu menyampaikan bahwa Kepri sebagai daerah dengan luas lautan 96 persen, maka akan mudah bagi masyarakat mendapatkan ikan untuk pemenuhan gizi anak supaya terhindar stunting.

Dia mengatakan stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik dan mental pada anak. Studi terkini, anak yang mengalami stunting berkaitan erat dengan prestasi di sekolah. Misalnya anak jadi terhambat dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, karena daya serapnya lemah.

Bahkan dari hasil penelitian kesehatan tahun 2015, katanya, anak dengan stunting memiliki IQ 11 poin lebih rendah dari anak normal biasanya.

Gangguan tumbuh anak balita akibat kekurangan gizi akan berlanjut hingga dewasa jika tidak diantisipasi sejak dini.

"Orang tua harus memperhatikan tumbuh kembang anak dengan asupan gizi yang seimbang," ucap dia.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Kepri Rohina menargetkan angka stunting pada tahun 2024 turun menjadi 10,2 persen.

Berdasarkan hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021, kasus stunting di Kepri pada tahun 2021 sebesar 17,6 persen.

"Target tahun 2022 turun 2,7 persen, lalu 2023 harus turun 2,7 persen lagi. Sehingga di 2024, diharapkan sudah turun di angka 10,2 persen," kata dia.

Ia juga mendorong orang tua memberikan makanan ikan dan putih telur bagi anak yang sudah layak diberikan makanan pendamping selain air susu ibu (ASI).

Menurutnya, kedua jenis makanan itu dapat mengoptimalkan perkembangan otak anak sehingga menjadi cerdas dan terhindar stunting.

"Apalagi di Kepri banyak ikan. Harusnya tak ada kasus stunting," ucap Rohina.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])