Pesatnya Layanan Kesehatan Berkualitas Era Jokowi untuk Indonesia Emas

Nusantaratv.com - 18 Oktober 2024

Presiden Jokowi menyatakan, penanganan stunting tidak hanya berkaitan dengan masalah gizi, tetapi juga aspek sanitasi, akses air bersih, dan lingkungan. (Foto: BPMI Setpres)
Presiden Jokowi menyatakan, penanganan stunting tidak hanya berkaitan dengan masalah gizi, tetapi juga aspek sanitasi, akses air bersih, dan lingkungan. (Foto: BPMI Setpres)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya dan potensi manusia, menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. 

Salah satu keberhasilan yang patut dicontoh datang dari Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat (Kalbar), yang baru-baru ini mencatatkan prestasi luar biasa dengan penurunan prevalensi stunting dari 35,5 persen pada tahun 2022 menjadi 12,2 persen di tahun 2023.

Keberhasilan ini tidak hanya mengundang perhatian masyarakat lokal, tetapi juga mendapat apresiasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Wakil Bupati Sekadau, Subandrio, menerima penghargaan ini pada puncak perayaan Hari Keluarga Nasional ke-31 di Semarang. Menurutnya, pencapaian ini merupakan hasil kerja sama yang solid antara berbagai pihak. 

Ia menyerukan agar semua elemen masyarakat terus bersinergi untuk mencegah stunting demi masa depan yang lebih sehat dan cerdas.

Upaya Menangani Stunting secara Holistik

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Sekadau, Sabas, menekankan upaya daerahnya tidak hanya fokus pada penurunan angka stunting, tetapi juga berkomitmen untuk mencegah terjadinya kasus baru. 

Menurutnya, pencapaian ini hanya mungkin melalui pendekatan yang komprehensif dan integratif, melibatkan banyak sektor. Hal ini dicontohkan dalam acara Rembuk Stunting dan Diseminasi Audit Kasus Stunting yang berlangsung di Sekadau pada September.

Prestasi serupa juga diraih oleh beberapa daerah lain di Indonesia. Di antara mereka, Kabupaten Dompu di Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil menurunkan angka stunting sebesar 22,1 persen, diikuti Pulau Morotai, Maluku Utara (19,5 persen) dan Kabupaten Batanghari, Jambi (16,2 persen). 

Stunting merupakan masalah kesehatan jangka panjang akibat kekurangan gizi pada masa pertumbuhan anak, yang tidak hanya memengaruhi fisik tetapi juga perkembangan mental.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengidentifikasi stunting sebagai ancaman serius bagi kualitas hidup masyarakat. Sejak tahun 2014, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 34 persen, yang kemudian turun menjadi 17,8 persen pada tahun lalu. 

Pemerintah menargetkan penurunan lebih lanjut hingga mencapai 14 persen pada tahun 2024. Untuk mencapai target ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kerja sama dari semua pihak.

Pendekatan Terintegrasi dalam Mengatasi Stunting

Presiden Jokowi menyatakan, penanganan stunting tidak hanya berkaitan dengan masalah gizi, tetapi juga aspek sanitasi, akses air bersih, dan lingkungan. 

Dalam kunjungan ke posyandu di Cipete, Jakarta Selatan, ia menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama untuk menghasilkan perubahan yang nyata.

Jika tidak ditangani dengan baik, stunting dapat menjadi beban bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah telah memasukkan percepatan penurunan stunting ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 

Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dibentuk di tingkat pusat dan daerah untuk memfasilitasi upaya ini.

Wakil Presiden RI berperan sebagai Ketua Pengarah TPPS, memberikan arahan dan kebijakan untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam penanganan stunting. 

Beberapa langkah pencegahan yang perlu dilakukan meliputi pemenuhan gizi bagi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan memantau tumbuh kembang anak.

Transformasi Layanan Kesehatan

Selain penanganan stunting, pemerintah juga berkomitmen untuk mentransformasi layanan kesehatan secara menyeluruh. Sejak akhir 2021, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. 

Transformasi ini mencakup enam pilar, yaitu layanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, serta teknologi kesehatan.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan fokus utama adalah memperkuat puskesmas dan posyandu sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. 

Untuk mencapai hal ini, Kementerian Kesehatan berencana membangun 165 puskesmas yang memenuhi standar, dengan mayoritas berlokasi di Papua.

Tantangan dalam Penyebaran Tenaga Kesehatan

Meski upaya ini telah dilakukan, tantangan dalam sektor kesehatan masih banyak. Salah satunya adalah kurangnya jumlah dokter spesialis di seluruh provinsi. 

Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 49.720 dokter spesialis, sementara kebutuhan idealnya mencapai 30.000. Distribusi tenaga medis ini juga tidak merata, dengan sekitar 59 persen dokter spesialis berada di Pulau Jawa.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah meluncurkan program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan. Program ini diharapkan dapat menghasilkan dokter spesialis dengan standar internasional lebih cepat.

Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi dalam pendidikan tenaga kesehatan agar bisa menjawab kebutuhan masyarakat secara efektif.

Pemanfaatan Teknologi dalam Kesehatan

Pentingnya integrasi sistem data kesehatan berbasis individu juga menjadi perhatian pemerintah. Pengalaman dari pandemi COVID-19 menunjukkan jika teknologi informasi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam mengelola layanan kesehatan. 

Saat pandemi, teknologi informasi digunakan untuk pengujian, pelacakan, dan perawatan COVID-19. Ini juga diaplikasikan pada penyakit lain seperti tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS.

Sistem pemantauan kesehatan publik yang dikembangkan selama pandemi, seperti aplikasi PeduliLindungi, kini telah bertransformasi menjadi SatuSehat. 

Aplikasi ini berfungsi sebagai sistem pemantauan dan informasi komprehensif mengenai kesehatan masyarakat Indonesia.

Dalam menghadapi tantangan kesehatan, baik stunting maupun masalah lainnya, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai sektor terkait sangatlah penting. 

Melalui pendekatan yang terintegrasi dan pemanfaatan teknologi, Indonesia diharapkan dapat mencapai layanan kesehatan berkualitas tinggi yang akan mendukung terciptanya generasi yang lebih sehat dan cerdas. 

Melangkah menuju Indonesia Emas membutuhkan komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan berdaya saing.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close