Nusantaratv.com - Rusia mengirim 190 ribu prajurit ke perbatasan Ukraina. Dari jumlah tersebut, ada kelompok kecil berstatus tentara bayaran yang berasal dari Wagner Group.
Dalam laporan The Times yang dikutip The Economist, terdapat 400 tentara bayaran Rusia yang dikabarkan punya misi membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Kehadiran Wagner Group bukanlah merupakan kejutan, lantaran mereka sudah beberapa kali menjalin kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Wagner Group disebut menjadi bagian dari upaya separatisme di Luhansk dan Donetsk agar berpisah dari Ukraina. Mereka pun ditengarai terlibat pertempuran di beberapa negara Afrika seperti Libya, Suriah, Mozambique, Mali, Sudan, dan Republik Afrika Tengah.
"Dari perspektif hukum, Wagner sebenarnya tidak ada," ujar Sorcha MacLeod, petinggi PBB yang fokus menangani persoalan tentara bayaran.
Berdasarkan laporan Uni Eropa, Wargner Group dibentuk oleh mantan tentara Rusia Dmitry Utkin pada 2014 sebagai organisasi militer swasta. Ia pernah bertugas sebagai agen Badan Intelijen Federal Rusia (GRU) dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pada 2016, dilaporkan Utkin pernah diundang oleh Putin ke Istana Kremlin pada sebuah acara penyerahan penghargaan bagi tentara yang bertugas di Ukraina dua tahun sebelumnya.
Seorang pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin dikabarkan menjadi salah satu pengalir dana operasional Wagner Group, sekaligus menyediakan amunisi dan pesawat udara. Sayangnya, belum ada informasi jelas besaran anggaran Wagner Group dan upah anggotanya.
Bloomberg melaporkan, pada 2017 anggota Wagner Group sudah mencapai 6.000 orang. Laporan lain yang dirancang Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebut bahwa kelompok tentara bayaran memiliki nilai jual tinggi karena bersedia dibayar murah dan bisa bekerja dengan efisien.
Amerika Serikat pun pernah menggunakan tentara bayaran bernama Black Water selama perang di Irak. Sebanyak empat anggota Black Water dinyatakan bersalah oleh pemerintah AS karena membunuh 17 warga sipil Irak.
Seperti Black Water, Wagner Group juga pernah bermasalah. Pada Desember 2021 lalu, Uni Eropa menerapkan sanksi kepada delapan anggota dan tiga organisasi sayap Wagner Group terhadap kejahatan HAM di Republik Afrika Tengah.
Namun, Putin membantah memiliki kedekatan dengan Wagner Group. Padahal, terdapat dugaan kuat bahwa kelompok tersebut mengincar Zelensky dan beberapa pejabat lain termasuk walikota Kyiv Vitali Klitschko.
Seorang anggota Wagner sempat diwawancara oleh Profesor Strategi National Defense University Amerika Serikat, Sean McFate. Anggota tersebut mengaku bahwa Wagner Group merupakan konsultan strategi perang untuk menyamarkan istilah tentara bayaran.
Anggota tersebut juga menyebut kelompoknya adalah pasukan kejutan yang memiliki tujuan menciptakan kekacauan dan ketakutan, tanpa khawatir dengan persoalan HAM.
"Mereka hanya bekerja dalam kelompok kecil berisi tiga sampai delapan orang. Mereka akan menyamar, tidak akan memakai seragam dan berbicara bahasa Ukraina," tandas McFate.