Nusantaratv.com - Amerika Serikat (AS) turut mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina. Ini merupakan kali pertama dilakukan negara sekutu Israel tersebut.
AS mengirimkan lebih dari 30.000 makanan dengan cara diterjunkan dari tiga pesawat militernya.
Pengiriman bantuan ini dilakukan bersama dengan angkatan udara Yordania. Aksi AS itu sebelumnya diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden, mengutip BBC.
Biden berjanji meningkatkan bantuannya, pasca setidaknya 112 orang tewas diserang Israel saat warga Palestina menyerbu konvoi bantuan kemanusiaan, Kamis (29/2/2024).
Pengiriman udara ini dilakukan semasa seorang pejabat tinggi AS yang menyebut kerangka kesepakatan untuk gencatan senjata enam minggu di Gaza sudah ada.
Negara lain seperti Inggris, Prancis, Mesir dan Yordania sebelumnya telah mengirimkan bantuan melalui udara ke Gaza.
Adapun Komando Pusat AS mengatakan, pesawat angkut C-130 menjatuhkan lebih dari 38.000 makanan di sepanjang garis pantai Gaza, Sabtu (2/3/2024).
"Penerjunan udara ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyalurkan lebih banyak bantuan ke Gaza, termasuk dengan memperluas aliran bantuan melalui koridor dan jalur darat," kata dia.
Para pejabat pemerintah AS menyatakan, insiden yang mereka nilai tragis, yang terjadi pada Kamis lalu membuat pentingnya memperluas dan mempertahankan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ini, kata mereka merupakan respons terhadap situasi kemanusiaan yang mengerikan.
Sementara, badan-badan bantuan mengatakan pengiriman bantuan melalui udara adalah cara yang tidak efisien. Warga Gaza yang mengungsi, Medhat Taher, menilai jika metode seperti itu sangat tak memadai.
"Apakah ini cukup untuk sebuah sekolah? Apakah ini cukup untuk 10.000 orang? Lebih baik mengirim bantuan melalui penyeberangan dan lebih baik daripada terjun melalui parasut," ujar Taher, mengutip Reuters.
Biden sendiri mengatakan, AS akan mendesak l Israel untuk memfasilitasi lebih banyak truk dan lebih banyak rute untuk memberikan bantuan yang mereka butuhkan kepada lebih banyak orang. Pejabat pemerintahan Biden pun mengatakan bahwa Israel kurang lebih telah menerima kesepakatan mengenai gencatan senjata baru.
"Ini akan menjadi gencatan senjata enam minggu di Gaza yang dimulai hari ini jika Hamas setuju untuk melepaskan kategori sandera yang rentan, yang sakit, yang terluka, lanjut usia dan wanita," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya.
Wakil Presiden AS Kamala Harris, akan bertemu dengan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz di Washington pada hari Senin (4/3/2024) untuk membahas gencatan senjata dan masalah lainnya.
Sebelumnya, pada insiden Kamis, 112 orang tewas dan lebih dari 760 orang terluka saat mereka berkerumun di sekitar truk bantuan di barat daya Kota Gaza. Hamas menuding Israel menembaki warga sipil, tapi Israel mengatakan sebagian besar tewas dalam tabrakan setelah melepaskan tembakan peringatan.
Giorgios Petropoulos, kepala sub-kantor Koordinator PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, menyebut bahwa dia dan tim yang dikirim ke rumah sakit al-Shifa telah menemukan sejumlah besar orang dengan luka tembak, mengutip BBC. Sementara Hamas mengatakan, pemboman Israel telah menewaskan sedikitnya 11 orang di sebuah kamp di Rafah, Gaza selatan, pada Sabtu (1/3/2024).
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut serangan tersebut keterlaluan. Tentara Israel sendiri mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan yang tepat kepada militan Jihad Islam di daerah tersebut.
Program Pangan Dunia PBB pun sudah memperingatkan kelaparan segera terjadi di Gaza utara, yang hanya menerima sedikit bantuan dalam beberapa pekan terakhir. PBB memperkirakan 300.000 orang hidup dengan sedikit makanan atau air bersih.
Diketahui, militer Israel melancarkan serangan udara dan darat skala besar yang diklaim untuk menghancurkan Hamas. Ini terjadi usai Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober dan menyandera 253 orang di Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengungkapkan, lebih dari 30.000 orang, termasuk 21.000 anak-anak dan perempuan, telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sementara sekitar 7.000 orang hilang, dan sedikitnya 70.450 orang terluka.