Nusantaratv.com - Tokoh perwakilan dari agama yang ada di Indonesia turut merayakan Hari Kemerdekaan dengan menggelar upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-78, pada Kamis, 17 Agustus 2023.
Upacara HUT RI ke-78 bersama para tokoh lintas agama dan pengurus Masjid Istiqlal berlangsung di Plaza Al-Fattah Masjid Istiqlal, Jakarta.
Dalam acara yang mengusung tema "Memperkokoh Kebhinekaan untuk Indonesia Maju" itu, hadir sejumlah tokoh agama, di antaranya Romo Asun Goutama (Wasekjen DPP Walubi), Pdt. Abraham Ruben Persang (Ketua Majelis Jemaat Gereja Immanuel Jakarta), Wenshe Lie Suprijadi (Wakil Ketua Keumatan Matakin).
Lalu, Uskup Mgr. Laskalis Bruno Syukur, OFM (Sekjen Konferensi Wali Gereja Indonesia), Bambang Pati Jaya (Sekjen Permabudhi), Kardinal Ignatius Suharyo dan Romo Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ (Uskup Keuskupan Agung Jakarta), Pdt. Ronald Tapilatu (Pimpinan Komisi Hubungan Antar Agama PGI).
Kemudian, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia), Pdt. Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia), dan Budi Santoso Tanuwibowo (Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia).
Pengibaran Bendera Merah Putih yang diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya berlangsung secara khidmat. Sedangkan petugas Paskibraka yang mengibarkan Bendera Merah Putih adalah Paskibraka Madrasah Istiqlal Jakarta dan Marching Band Istiqlal.
Pembacaan teks Pancasila dilakukan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nassaruddin Umar, M.A,. Sementara teks Proklamasi dibacakan Kabid Ri'ayah Dr. H. Ismail Cawidu, M.Si., dan pembukaan UUD 1945 dibacakan Kabid Peribadatan KH. Bukhori Sail Attahiri, Lc., M.A,.
Upacara memperingati HUT RI ke-78 RI bersama tokoh lintas agama ini merupakan kali kedua diadakan di Masjid Istiqlal.
Masjid Istiqlal menggelar upacara Kemerdekaan HUT RI ke-78 bersama tokoh lintas agama. (Istimewa/istiqlal.or.id)
"Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang dilaksanakan pada pagi hari ini adalah bentuk rasa syukur atas kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia," ujar Nasaruddin Umar dalam pidatonya, Rabu (17/8/2023).
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, seluruh umat beragama juga harus bersyukur karena Indonesia berada di urutan kelima dari negara yang sukses dalam memerangi pandemi Covid-19 yang terjadi selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini.
"Masih ada negara-negara yang belum selesai menuntaskan persoalan Covid-19 ini. Kita juga bersyukur sebagai bangsa Indonesia karena dipilih Allah SWT untuk bisa survive di tengah-tengah krisis yang melanda dunia sebagai dampak langsung atau tidak langsung dari Covid-19. Begitu juga dampak langsung maupun tidak langsung konflik Rusia-Ukraina," tambahnya.
Selain itu, kata Nasaruddin Umar, kesyukuran juga perlu dilakukan karena bangsa Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di atas lima persen, serta menekan inflasi di bawah empat persen.
"Tidak banyak negara yang mampu melewati pertumbuhan ekonomi seperti ini, dimana Indonesia berada di urutan keempat, di bawah China, India dan Amerika Serikat (AS). Indonesia juga menjadi negara yang mampu menekan tingkat inflasi di bawah 4 persen dibandingkan negara-negara lain yang masih berada di atas 90 persen," jelas Nasaruddin Umar yang juga Ketua Harian Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) itu.
Dia juga menyebutkan, kesyukuran perlu dilakukan karena Indonesia memiliki stabilitas politik dan keamana yang sangat baik, dimana seluruh orang merasa merdeka untuk mengekspresikan seluruh kreativitasnya di Tanah Air ini.
"Kita bebas menjalankan agama seperti yang dituntunkan kepada kita masing-masing. Kita juga bebas mengekspresikan seni dan budaya kita tanpa ada kendala sedikit pun, bahkan bangsa dan negara kita memberikan fasilitas yang memadai," imbuhnya.
Upacara memperingati HUT RI ke-78 RI bersama tokoh lintas agama ini merupakan kali kedua diadakan di Masjid Istiqlal. (Istimewa/istiqlal.or.id)
Dibandingkan dengan negara lain, terang Nasaruddin Umar, banyak negara yang masih mencekam, dengan tekanan yang berada dalam negerinya sendiri, dengan perang saudara yang berkepanjangan. Dia juga menyebutkan, banyak negara yang bertetangga dengan negara yang kerap melakukan teror, yang membuat negerinya sendiri tidak tenang.
"Kita bersyukur, Alhamdulillah indeks prestasi kemanusiaan yang kita capai menurut pengakuan lembaga internasional, Indonesia itu satu yang terbaik, yang mampu survive dalam masyarakat," urainya.
Selain itu, tambah Nasaruddin Umar, umat beragama patut berbangga kepada Indonesia karena mampu tampil sebagai figur negara yang sangat diperhitungkan dalam dua dekade terakhir.
"Indonesia baru saja diamanahkan kepercayaan besar sebagai Pimpinan G20 dan sukses menggelar acara di Bali. Saat ini, Indonesia jadi Pimpinan ASEAN, kepercayaan dunia terhadap Indonesia semakin meningkat," sebutnya.
Dalam kesempatan ini, Nasaruddin Umar juga mengajak para tokoh agama untuk bersama-sama dalam membangun bangsa melalui penyelesaian masalah dengan "Bahasa Agama".
"Negara sangat membutuhkan kita sebagai aktivis dan pimpinan umat beragama. 'Bahasa Agama' kadang sangat efektif untuk menyelesaikan banyak persoalan masyarakat," sebutnya.
Nasaruddin Umar menambakan, bahasa spiritual sangat diperlukan di Indonesia sebagai bangsa yang religius. Menurutnya, Indonesia adalah bentuk dari pengejawantahan lubuk hati kumpulan masyarakat yang mendiami Nusantara.
Maka dari itu, sambung dia, tugas para pemuka agama setelah ini adalah membangun bangsa dengan kekuatan yang dimiliki masing-masing. Dia juga memaparkan sejumlah persoalan di Indonesia yang seharusnya dapat diselesaikan oleh para pemuka agama, seperti perceraian yang angkanya mencapai sekitar 30 persen tiap tahun.
"Soal perceraian sangat memprihatinkan karena 70 persen ada di usia muda. Artinya baru (sekitar) lima tahun berkeluarga, sudah cerai, anak masih kecil," ucapnya.
Selain itu, kata Nasaruddin Umar, para istri yang bercerai juga menjadi janda pada usia muda, sehingga memicu permasalahan yang lainnya. Menurutnya, di situ peran tokoh agama untuk memberi kesejukan di hati para pemeluk agama agar bersabar sebagai kepala maupun anggota rumah tangga.
Selanjutnya, dia menyebutkan, para tokoh agama juga bertanggung jawab atas sejumlah metode pintas yang sering dilakukan masyarakat tanpa mempedulikan halal dan tidaknya demi kepentingan sesaat. "Tokoh agama sangat tepat kalau tidak hanya dilibatkan di sektor hilir untuk menyelesaikan akibat dari sebuah risiko," tuturnya.
Untuk itu, Nasaruddin Umar, mengusulkan agar para tokoh agama diberikan ruang lebih luas dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, tidak hanya akibatnya, namun juga sebab dari sebuah permasalahan itu sendiri.
"Bersama tokoh lintas agama, mari kita menjadikan bangsa Indonesia sebagai contoh baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur, dan menjadikan bangsa ini sebagai sentral pemberdayaan masyarakat, serta contoh konfigurasi lintas agama dan budaya, seperti halnya lukisan yang indah," urai Nasaruddin Umar.
Wasekjen DPP Walubi, Romo Asun Goutama (kiri) hadir pada peringatan HUT RI ke-78 bersama tokoh lintas agama. (Istimewa/istiqlal.or.id)
Sementara itu, Wasekjen DPP Walubi, Romo Asun Goutama mengapresiasi pelaksanaan upacara kemerdekaan Republik Indonesia bersama tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal ini.
"Semua tokoh lintas agama hadir di tempat ini untuk bersama-sama melaksanakan upacara kemerdekaan dan merayakan HUT RI ke-78. Ini adalah bentuk kebersamaan, dan membuktikan kita lintas agama bersama-sama juga turut membangun negara Indonesia tercinta ini," jelasnya.
Dia menilai kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan oleh semua tokoh lintas agama. "Artinya kemerdekaan ini bukan milik daripada salah satu agama, melainkan semua agama," sebut Romo Asun Goutama.
"Semoga dengan kebersamaan ini membuktikan kita sebagai rakyat Indonesia senantiasa bersatu. Kebersamaan ini juga dapat memberikan kemajuan bagi bangsa ini agar tidak mudah terpecah belah, serta bibit intoleransi tidak mudah tumbuh di negara ini. Karena kalau intoleransi ini tumbuh berkembang, maka ini akan berbahaya. Tentu sja akan memunculakn radikalisme, yang melahirkan terorisme. Dan ini yang akan menghancurkan negara ini," cetusnya.
Dia menambahkan Masjid Istiqlal ini sebagai rumah besar bagi semua lintas agama. "Harapan kami dengan kebersamaan ini tidak ada lagi kepentingan pribadi atau kelompok yang menggunakan nama agama untuk menciptakan konflik. Karena kita semua bersatu dan bersama demi Indonesia yang lebih Maju," tukas Romo Asun Goutama.