Nusantaratv.com - Rusia mengaku saat ini memerangi NATO. Ini dibeberkan tangan kanan Presiden Vladimir Putin, Nilokai Patrushev.
Patrushev diketahui merupakan diplomat garis keras yang menduduki posisi Sekretaris Dewan Keamanan Rusia. Dia sempat menjanjikan kemenangan perang di Ukraina. Walaupun, serangkaian kemunduran disebut terjadi di medan perang saat ini.
Ia menyebut negaranya memang berperang dengan aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di Ukraina. Dalam wawancara pada Selasa (10/1/2023) lalu, dirinya juga menyebut Barat sedang berusaha menghapus Rusia dari peta politik dunia.
"Peristiwa di Ukraina bukanlah bentrokan antara Moskow dan Kyiv," ujarnya pada surat kabar Argumenti yang dimuat Reuters, dikutip Kamis (12/1/2023).
"Ini adalah konfrontasi militer antara Rusia dan NATO, dan terutama AS dan Inggris," imbuhnya.
"Rencana Barat adalah untuk terus memisahkan Rusia dan akhirnya menghapusnya dari peta politik dunia," lanjut Patrushev.
Dia mengklaim elit politik Barat korup dan dikendalikan oleh perusahaan transnasional. Patrushev percaya ada bisnis yang merencanakan "revolusi warna" di seluruh dunia.
"Negara Amerika hanyalah cangkang bagi konglomerat perusahaan besar yang menguasai negara dan mencoba mendominasi dunia," tutur Patrushev.
Menurut dia, ini terbukti dengan upaya AS yang menyebarkan kekacauan di dunia. Ini terlihat di Afghanistan, Vietnam, dan Timur Tengah.
"AS tengah berusaha selama bertahun-tahun untuk melemahkan budaya dan bahasa unik Rusia," kata dia.
"Rusia adalah korban rancangan Barat ... Barat berdarah Ukraina untuk melemahkan Rusia," kata mantan mata-mata Uni Soviet itu.
"Tidak ada tempat bagi negara kita di Barat," ucapnya.
Sebelumnya, AS telah membantah klaim Rusia soal Barat ingin menghancurkan salah satu produsen sumber daya alam terbesar di dunia tersebut. Presiden Joe Biden memperingatkan konflik antara Rusia dan NATO dapat memicu Perang Dunia 3.
Namun dalam update terbaru NATO Selasa, pejabat aliansi itu dan Uni Eropa (UE) sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang keamanan dan mendukung Ukraina guna berjuang mengusir invasi Rusia. Deklarasi bersama termasuk untuk melindungi infrastruktur penting, mengatasi implikasi keamanan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, perlombaan antariksa, dan campur tangan asing serta kampanye disinformasi.
"Kita harus terus memperkuat kemitraan antara NATO dan UE serta harus lebih memperkuat dukungan kita ke Ukraina," papar Kepala NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers.
"Presiden Putin ingin mengambil Ukraina dalam beberapa hari dan memecah belah kita. Dalam kedua hal, dia jelas gagal," lanjut dia.
Diketahui, Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022. Ini memicu salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia 2 dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962, ketika Uni Soviet dan AS nyaris melakukan perang nuklir yang disengaja.
Sementara, pertempuran intens di Soledar, Ukraina Timur. Perlu diketahui wilayah ini terletak di kawasan industri Donbass.
Soledar juga dekat dengan Bakhmut. Dua wilayah ini tengah coba dipertahankan Ukraina dari pendudukan Rusia.
Sejumlah laporan, di antaranya Reuters, menyebut bagaimana "menggilanya" pasukan Ukraina di sana. Pasukan Ukraina sempat memukul mundur Rusia, termasuk unit Grup Wagner.
Wagner sendiri adalah pasukan yang direkrutan dari penjara Rusia dan dikenal karena kekerasan tanpa kompromi. Wagner didirikan oleh Yevgeny Prigozhin, sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Musuh benar-benar melangkahi mayat tentara mereka sendiri," ujar Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar, melaporkan peperangan dimuat Selasa.
"(Mereka) menggunakan artileri massal, sistem MLRS, dan mortir," sambungnya.
Seorang analis militer Ukraina, Oleh Zhdanov, menjelaskan pertempuran di Soledar dan Bahkmut adalah "yang paling intens di seluruh garis depan". Ada sedikit kemajuan.
"Begitu banyak (pasukan dan pro Rusia) tetap berada di medan perang ... baik tewas atau terluka," katanya melalui YouTube.
"Mereka menyerang dalam sebuah gelombang, tetapi yang terluka biasanya mati di begitu saga di tempat, entah karena sangat dingin atau karena kehilangan darah," tambahnya.
"Tidak ada yang datang untuk membantu mereka atau untuk mengumpulkan orang mati dari medan perang," kata dia.
Sejauh ini belum ada komentar Rusia soal ini. Sebelumnya Rusia dikritik karena dianggap memberi laporan palsu soal perang.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah mengirim serangan rudal terhadap gedung-gedung di kota Kramatorsk dan mengklaim telah menewaskan setidaknya 600 tentara Ukraina. Ini adalah operasi balas dendam atas serangan maut dari negara tetangganya ke barak Rusia di Makiivka, wilayah Donetsk Ukraina yang dikendalikan Rusia dan menewaskan 89 tentara Kremlin.
Walau begitu dalam laporan sejumlah media Barat lain di lapangan, serangan rudal Rusia di kota tersebut dilaporkan meleset dari sasarannya. Bahkan, tak ada tanda-tanda korban yang jelas, menurut penuturan seorang wartawan yang meliputnya.