Nusantaratv.com - Pemilihan presiden Timor Leste akan memasuki babak yang paling menentukan yaitu penghitungan suara. Pasalnya, pemungutan suara pada putaran kedua dan terakhir pilpres Timor Leste telah dilaksanakan pada Selasa (19/4/2022) pagi.
Berdasarkan hasil jajak pendapat, kandidat Jose Ramos Horta terlihat unggul. Peraih Nobel itu meraih 46,5 persen suara pada putaran pertama bulan lalu. Unggul jauh atas rivalnya presiden petahana Francisco "Lu Olo" Guterres, yang hanya mengumpulkan 22,1 persen.
Warga Dili usai memberikan suaranya berharap kedua kandidat bisa tetap berhubungan dengan baik.
“Harapan saya, calon presiden yang terpilih dan yang tidak bisa saling berjabat tangan dan saling menasehati untuk menjaga stabilitas dan tidak menimbulkan krisis,” kata mahasiswa berusia 27 tahun, Lizia Bachita de Araujo.
Hal senada disampaikan ibu rumah tangga Dili, Pascoela da Silve Pereira. Ia berharap presiden terpilih dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
"Sulit bagi orang untuk menafkahi rumah tangga mereka," ujar Pascoela.
Sementara itu, Francisco "Lu Olo" Guterres yang merupakan seorang mantan pejuang gerilya berusia 67 tahun, menegaskan komitmennya untuk menerima hasil pilpres.
"Ini adalah demokrasi dan saya selalu mengatakan (menang atau kalah) itu harus bermartabat," tegasnya.
Penghitungan suara awal direncanakan bakal dilaksanakan pada Selasa malam ini.
Presiden terpilih akan dilantik pada 20 Mei 2022 mendatang, pada peringatan dua puluh tahun kemerdekaan Timor Timur.
Diketahui, negara setengah pulau berpenduduk 1,3 juta jiwa itu dalam beberapa tahun terakhir bergulat dengan ketidakstabilan politik dan kebutuhan untuk mendiversifikasi ekonominya dari pendapatan minyak dan gas.
Ramos Horta sendiri telah menyatakan jika terpilih ia dapat menggunakan kekuasaan presiden untuk membubarkan parlemen dan menyerukan pemilihan parlemen dini.
Ramos Horta, yang didukung Presiden Pertama Timor Leste, Xanana Gusmao, mengatakan bangsanya dapat mengharapkan "gempa politik" jika dirinya terpilih.
Pernyataan cukup keras juga dilontarkan Xanana Gusamo yang juga ketua partai Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste (CNRT). Ia menggambarkan pemerintah saat ini sebagai "tidak sah secara konstitusional".
Pernyatan tersebut berkaitan dengan penolakan presiden Lu Olo untuk bersumpah di lebih dari setengah lusin menteri CNRT setelah pemilihan 2018 karena penyelidikan atas perilaku mereka, termasuk dugaan korupsi. Keputusan itu memicu kebuntuan politik yang sedang berlangsung. (dari berbagai sumber)