Nusantaratv.com-Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mempertanyakan langkah yang ditempuh calon gubernur Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil di saat tren elektabilitasnya menurun.
Diketahui, dari hasil survei Litbang Kompas yang digelar pada 20-25 Oktober 2024 elektabilitas pasangan Pramono Anung-Rano Karno berhasil menyalip Ridwan Kamil Suswono.
Pram-Rano memiliki elektabilitas 38,3% sementara RK Suswono yang didukung koalisi besar hanya mendapat 34,6%.
Yunarto agak heran dengan langkah Ridwan Kamil yang justru menemui Presiden ketujuh Joko Widodo (Jokowi) di Solo dan Presiden Prabowo Subianto.
"Kalau berbicara level provinsi, Jakarta ini daerah yang jumlah pemilihnya lumayan banyak tapi dapat dengan mudah digapai," kata Yunarto Wijaya dalam Dialog NTV Prime di Nusantara, Rabu (6/11/2024).
Menurut Yunarto tingkat elektabilitas paslon di Jakarta tergantung seberapa rajin turun blusukan bertemu warga.
"Sayang kepada Kang Emil. Ketika elektabilitasnya trennya cenderung turun kok malah gelendotan ke atas," ujarnya.
"Yang didatangi malah orang di Solo. Yang didatangi malah Presiden. Yang harusnya didatangi adalah warga," imbuhnya.
Yunarto tak menampik kemungkinan adanya pengaruh dari pertemuan RK dengan Jokowi dan Prabowo. Tapi berdasarkan cross tabulasi data Pilpres itu tidak menjadi faktor yang dominan.
"Bahkan ada potensi menjadi blunder buat pemilih pemilih rasional yang cenderung ingin melihat sebesar sih anda independen dalam menjasi seorang sosok yang memiliki kekuatan personal branding," bebernya.
Soal perilaku pemilih di Jakarta, menurut Yunarto, sebenarnya simpel.
"Masyarakat Jakarta itu sangat rasional karena berada di pusat informasi. Tapi di sisi lain juga sangat mudah didekati secara emosional karena sangat mudah dijangkau," tandasnya.
Mendekati waktu pencoblosan, sambung Yunarto, bukan waktunya lagi deklarasi dan seremonial bagi para paslon. Sekarang fokusnya memperkuat basis pengawalan sampai ke TPS. Termasuk memantau kemungkinan adanya bagi-bagi sembako dan uang.
Berkaca dari hasil survei terbaru, Yunarto memprediksi Pilkada Jakarta akan berlangsung dalam dua putaran. Akan tetapi faktor Anies bisa mengubah keadaan menjadi satu putaran. Pasalnya, sejauh ini Anies Baswedan yang memiliki basis pendukung yang besar di Jakarta belum secara terbuka dan gamblang menyatakan dukungannya kepada salah satu paslon.