Nusantaratv.com-Pengungkapan kembali kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon pada 2016 silam tak juga menunjukkan titik terang. Sebaliknya, kasus ini malah terkesan makin ruwet dan kusut.
Kurang lebih sudah sebulan kasus ini menjadi perhatian publik sejak diangkat menjadi sebuah film berjudul Vina: Sebelum 7 Hari yang tayang pada 8 Mei 2024 lalu. Namun dalam perkembangannya proses pengungkapan kasus ini justru memicu kegaduhan di publik. Pasalnya, sekarang ini publik bingung mana hal yang merupakan fakta yang benar, spekulasi dan mistis dari peristiwa ini.
Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri saat hadir sebagai narasumber Dialog NTV Prime bertajuk 'Kasus Vina Makin Kusut, Perlu Buka-bukaan Dari Hulu?' di NusantaraTV, Senin (17/6/2024) mengatakan ada tiga kelemahan (loop holes) dalam proses penanganan kasus Vina sejak awal kejadian hingga hari ini. Menurutnya langkah eksaminasi bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengungkap tabir misteri peristiwa kematian Vina dan Eky pada 2016.
"Justru saya hingga saat ini masih memiliki poin-poin pemikiran terkait denga tiga loop holes. Tiga kelemahan, tiga kejanggalan atau tiga agenda pembenahan," kata Reza.
"Pertama, terkait dengan validitas informasi dan validitas keterangan yang disampaikan baik itu oleh para terpidana maupun para saksi," lanjutnya.
Reza mengaku sejak awal sungguh-sungguh skeptis terhadap kualitas informasi yang diberikan oleh para terpidana dan para saksi dalam kasus Vina.
"Kemudian sekian banyak terpidana mencabut BAP. Sekian banyak saksi juga berbondong-bondong juga mencabut BAP. Sah sudah loop holes yang saya perkirakan bahwa memang sudah ada persoalan yang sangat mendasar. Betapa proses pengungkapan kasus ini, terlalu mengandalkan pada keterangan membongkar keterangan," beber Reza.
"Dengan kata lain interogasi tampaknya sebuah andalan. Kemudian terkesan kurang ada bukti maka penyidik bisa frustrasi.Akhirnya menggunakan cara-cara abusif cara-cara kekerasan di dalam ruang interogasi tersebut," imbuhnya.
Reza mengatakan para penyidik seolah memaksakan seluruh terperiksa untuk menyampaikan hal-hal yang diinginkan oleh penyidik.
"Bukan fakta atau kenyataannya," tandasnya.
"Hal yang kemudian dimasukan ke dalam berkas hukum sampai kemudian hari ini memunculkan kegemparan," tambahnya.
Kemudian loop holes yang kedua, kata Reza, adalah terkait dengan pertanyaan sederhana. Namun untuk membongkarnya luar biasa susah.
"Apakah ini sungguh-sungguh kedua korban meninggal akibat pembunuhan atau bukan pembunuhan?" paparnya.
Adapun loop hole yang ketiga, sambung Reza, ketika ditemukan sperma pada tubuh almarhumah, apakah sperma ini memang merupakan penanda perkosaan ataukah penanda adanya aktifitas seksual yang konsensual atau mau sama mau.
"Sayang seribu sayang berdasarkan apa yang saya simak di berkas. Saya sudah baca secara lengkap berkas-berkasnya. Mulai dari Visum et repertum, BAP hingga laporan Rudiana (ayah almarhum Eky). Semua saya baca. Satu bundel lengkap. Kemudian juga bertukar pikiran dengan pihak pihak yang terlibat dalam peristiwa ini," ujarnya.
"Izinkan saya mengatakan loop holes kedua terkait ada tidaknya pembunuhan dan loop holes yang ketiga ada tidaknya perkosaan sungguh-sungguh tidak terjawab," tukasnya.
Reza menyatakan sejak awal penanganan kasus Vina dan Eky proses uji saintifik tidak dilakukan secara memadai.
Tak ada pilihan lain, kata Reza, untuk membenahi kasus ini harus dilakukan eksaminasi hingga ke titik hulu.
"Yang sayangnya beberapa jam lalu saya simak tayangan mutakhir dari Polda Jabar. Polda Jabar pun tetap mengatakan ini sudah inkrah.Ini sudah inkrah. Yang saya tafsirkan sebagai kengganan untuk betul-betul melakukan eksaminasi dari hulu," ucapnya.
Reza melihat Polda Jabar masih berfokus pada pencarian DPO (Daftar Pencarian Orang) atau buronan dalam kasus ini. Ia menganggap dalam situasi sekarang ini pencarian DPO tidak terlalu penting.
"Tapi eksaminasi ke hulu itulah. Mudah-mudahan akan membuka tabir misteri atas kasus ini," pungkasnya.