Nusantaratv.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP), berpesan kepada Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto tidak mengajak 'orang toxic' ke pemerintahan.
Wakil Sekertaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, mengaku tidak mengerti soal orang toxic yang dimaksud.
"Tapi nggak mungkinlah Pak Prabowo akan mengambil orang toxic. Saya tidak tahu siapa yang dimaksud Pak Luhut, apakah itu seseorang atau partai, silahkan tanya Pak Luhut. Tetapi jangan juga orang yang mengkritik dikatakan toxic. Misalnya kita sedang memegang pemerintahan, ada pihak lain yang mengkritik dan punya alasan, jangan dikatakan toxic. Oposisi juga bukan toxic," ujar Jansen.
Dia menilai, lawan yang berseberangan di Pilpres juga tidak bisa disebut toxic, selama mereka mendukung visi-misi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Misalkan mereka mendukung visi-misi Prabowo-Gibran yang didaftarkan ke KPU, masak tidak dimaafkan, itu berarti sudah hilang toxic-nya. Tapi saya ingin menyatakan bagi teman-teman yang memilih jalan oposisi, baik itu partai politik dan lain-lain silahkan diteruskan, kami tidak akan mengatakan Anda toxic. Karena ini bagian dari demokrasi, memang itu bunga-bunganya, tidak juga semua keputusan yang diambil pemegang pemerintahan ini benar. Kadang kita harus diingatkan," sambungnya.
Jansen mengakui, Prabowo memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi dalam dunia politik. Sehingga dia tidak akan mengajak orang yang justru membuat dirinya tidak nyaman.
"Pak Prabowo dengan jam terbang yang sangat tinggi, beliau tidak akan mengajak orang yang akan membuat dia pribadi selaku presiden tidak bahagia dalam memimpin, termasuk ketidakbahagian itu juga menular ke rekan-rekan kabinet yang lain, jadi tidak mungkin Prabowo memasukan orang toxic," tegas Jansen.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Yandri Susanto, mengatakan pesan yang disampaikan Luhut Binsar Pandjaitan merupakan masukan kepada Prabowo sebagai presiden terpilih.
"Saya kira apa yang disampaikan Pak Luhut itu kan bagian dari saran masukan kepada sahabat lamanya Pak prabowo sebagai presiden terpilih. Mungkin Pak Luhut perlu memperjelas lagi. Ini siapa yang dimaksud toxic? Apakah individu atau partai politik. Tapi saya setuju, kalau toxic memang nggak boleh masuk di pemerintahan Pak Prabowo, karena itu akan mengganggu kinerja, irama, dan ritme pemerintahan yang akan datang," imbuh Yandri.
Menurutnya, jika ada partai politik yang selama ini menjadi rival dan ingin bergabung, maka harus tunduk pada visi-misi Prabowo-Gibran.
"Karena itulah janji kampanye Pak Prabowo yang diamini oleh masyarakat, dan dibuktikan pada tanggal 14 Februari, masyarakat menjatuhkan pilihannya secara mayoritas kepada Pak Prabowo," tambahnya.
"Jadi kalau misalkan ada yang mau bergabung, mau tidak mau harus satu komando ikut arahan Pak Prabowo, ikut arahan presiden terpilih, yang nanti akan dilantik Insya Allah pada 20 Oktober, jadi tidak ada boleh ada visi-misi yang lain," cetus Yandri.
Sedangkan Dosen Fisip Universitas Indonesia (UI) Sri Budi Eko Wardani mengatakan, toxic yang dimaksud kemungkinan adalah lawan politik dari Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
"Saya menduga yang disebut toxic adalah lawan politik, memang berseberangan, baik secara dukungan maupun ideologi. Ini mungkin dianggap akan menjadi beban bagi pemerintahannya nanti," sebut Sri.
"Beban ini bisa mungkin dia nanti akan menjadi one man show, mencari peluang sendiri, atau mungkin menjadi matahari kembar bagi presiden dan wapresnya," urainya.
Apalagi, kata dia, pengalaman politik Gibran masih minim dibandingkan dengan para ketua umum partai.
"Sangat berisiko untuk merangkul semua. Harus ada kehati-hatian dan mencermati siapa yang akan bisa berpotensi toxic atau tidak," tukas Sri.