Nusantaratv.com-Faisal Assegaf jurnalis asal Indonesia ditangkap dan nyaris dieksekusi oleh pasukan Hizbullah.
Insiden itu dialami oleh Faisal usai membuat rekaman berdurasi 16 detik di suatu kawasan di Beirut ibu kota Lebanon. Faisal langsung ditangkap dan dicurigai sebagai mata-mata Israel yang sedang berperang dengan Hizbullah.
Saat hadir dalam Dialog NTV Prime di NusantaraTV, Rabu (2/10/2024), Faisal Assegaf mengungkapkan situasi di Lebanon khususnya di Beirut memang sangat mencekam saat ini usai serangan Israel ke wilayah tersebut.
"Memang situasinya mencekam terutama di kawasan Dahia Selatan berut ibukota berut Libanon. Jadi di situ memang basis permukiman Syiah terutama Syiah Hizbullah. Jadi kejadiannya itu Selasa sore pekan lalu. Saya sengaja memang ingin lihat situasi di Dahiah yang kebanyakan sudah dikosongkan karena memang hampir tiap hari menjadi sasaran serangan Israel," tutur Fasial Assegaf.
Faisal datang ke lokasi bersama staf lokal KBRI Beirut bernama Ahmad. Ia pun bertanya kepada Ahmad apakah boleh merekam?
"Dia bilang boleh. Itu rekaman hanya 16 detik. Tapi setelah itu mobil kami dihadang terus disuruh berhenti. Langsung handphone saya dirampas, paspor saya diminta. Jadi mereka menganggap saya ini mata-mata karena memang situasinya memang lagi perang. Jadi kalau ada orang asing tiba-tiba memotret atau merekam itu dicurigai dan sensitif," ungkapnya.
Faisal kemudian dibawa ke kantor intelijen Hizbullah. Staf media dari Hizbullah yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Faisal lepas tangan.
"Kami diinterogasi setelah itu tiba-tiba kami dijemput oleh tim dari intelijen militernya Libanon. Kami dibawa. Kirain saya itu kita akan lepas ternyata kita dibawa ke kantor intelijen militer Lebanon. Terus disuruh isi semua biodata. Apa kegiatan saya? Siapa orang tua? Apa pekerjaan? Terus sejak kapan ke Lebanon semacam itu," beber Faisal.
Setelah selesai mengisi biodata ternyata Faisal dibawa ke penjara militer khusus teroris di Kementerian Pertahanan Libanon.
"Di situ saya ditutup matanya terus dirantai. Kalau kita mau buang air kecil atau buang air besar itu harus di diborgol dan ditutup matanya. Seperti itu kejadiannya. Kita semalaman mulai masuk itu sekitar jam 12.00 setelah interogasi itu jam 12 besok malam baru kita keluar dibebaskan," ujarnya.
Faisal mengatakan dirinya dibebaskan setelah kuasa usaha interim KBRI Beirut Yosi Rizal menghubungi kepala intelijen Lebanon.
Faisal mengaku yang membuat dirinya tegang dan khawatir saat ditangkap oleh pasukan Hizbullah karena mereka merampas handphonenya. Pasalnya, di ponselnya ada nomor teman-temannya di Israel. Ada juga nomor jenderal hingga politisi Israel.
"Saya juga punya nomor petinggi Hamas. Juga petinggi Hizbullah kemudian nomor kepala media relation-nya Hizbullah. Saya khawatir akan diperiksa ternyata tidak," terangnya.
"Beruntung juga di dompet saya itu saya punya koleksi 250 Shekel (mata uang Israel). Sekitar 80 dolar kalau dikurs. Sisa waktu saya meliput di Jalur Gaza 2012. Jadi sebagai kenang-kenangan itu saya taruh di dompet. Untungnya tas itu tidak disita oleh Hizbullah jadi tidak ketahuan. Itu ketahuannya di intelijen di Kementerian Pertahanan Libanon. Duit Shekel itu yang akhirnya disita sama mereka supaya saya juga bisa dibebaskan," kata Faisal.
"Kalau misalnya itu ditemukan di kelompok Hizbullah saya bisa benar-benar dianggap mata-mata. Pasti mati saya di sana," pungkasnya.