NTV Prime: 24 Persen Dokter PPDS Alami Depresi Sampai Ingin Akhiri Hidup, Ini Langkah Kemenkes

Nusantaratv.com - 11 September 2024

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril saat menjadi narasumber dalam program Dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (10/9/2024).
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril saat menjadi narasumber dalam program Dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (10/9/2024).

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Para calon dokter mengalami tekanan berat selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap data terkait 24 persen mahasiswa PPDS yang mengalami gejala depresi hingga pikiran untuk mengakhiri hidup.

Di mana para dokter PPDS ini menunjukkan gejala depresi berat hingga ringan. Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril mengatakan, Kementerian Kesehatan pada Maret telah melakukan skrining kesehatan jiwa para calon dokter PPDS.

"Survei masalah psikologis ini, dari sekitar 12 ribuan PPDS yang dilakukan survei, memang ada 24 persen yang masuk dalam kategori depresi, dan sejumlah 399 atau 3 persen dari jumlah itu memang masuk kategori berat," ujar Syahril saat menjadi narasumber dalam program Dialog NTV Prime di Nusantara TV, Selasa (10/9/2024).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melakukan pendampingan terhadap mereka yang masuk gejala depresi. 

"Karena ada datanya, maka dari Fakultas Kedokteran dilakukan pendampingan oleh rumah sakit. Di rumah sakit kita punya para spesialis, seperti psikolog dan psikiatri, yang nanti kita tugasi untuk melakukan ini," lanjutnya.

Di sisi lain, Syahril menyebutkan, Kementerian Kesehataan berkewajiban meminimalisir terjadinya perundungan kepada para calon dokter PPDS.

"Khusus perundungan ini karena bisa menyebabkan kelelahan fisik maupun kelelahan psikis, maka tugas kita adalah meniadakan perundungan (bullying), jadi tidak ada lagi. Mungkin kalau depresi ringan-ringan wajarlah, karena kadang-kadang PPDS ini berat. Dia harus belajar tiap hari, ada ujian, paparan dan sebagainya. Itu sangat berat dan tidak semua orang memiliki tingkat kematangan psikologis. Tapi jangan sampai beban psikologis karena perundungan," imbuh Syahril. 

"Contoh perundungan misalkan dia harus menyetor uang sekian puluh juta setiap bulan. Bagi orang yang tidak mampu berat, apalagi dengan tugas-tugas yang di luar itu juga berat. Sebaiknya tidak boleh diadakan lagi," cetus Syahril.

Kementerian Kesehatan, sebut Syahril, fokus untuk mencetak dokter spesialis yang mumpuni di bidangnya.

"Kita fokus kepada pendidikan agar mereka ini menjadi orang-orang yang disiapkan sebagai dokter spesialis yang profesional, bermutu maupun berbudaya," tukas Syahril.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close