Nusantaratv.com-Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi secara terang-terangan menyindir Kepala Desa (Kades) Gunung Menyan, Kabupaten Bogor, Wiwin Komalasari yang viral karena menertawakan nasi kota di acara pelantikan bupati. Sindiran itu dilontarkan langsung oleh Dedi Mulyadi saat melakukan percakapan via video call dengan Wiwin baru-baru ini.
Awalnya Dedi menanyakan kepada Wiwin apakah dia suka dengan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa Barat saat kondangan. Di mana kerabat atau undangan membawakan beras, mi, sayur dan kelapa di dalam baskom.
"Itu dalam tradisi Bogor disebutnya apa? Lamun (kalau) orang Subang, Karawang itu namanya nganteuran. Kalau di ibu apa namanya?" tanya Dedi Mulyadi dalam video call dengan Wiwin Komalasari yang ditayangkan di Youtube KDM.
"Parawanten Bapak. Saya suka," jawab Wiwin.
"Yang benar? Kan dari tampilan ibu mah walaupun kepala desa tasnya juga mahal," timpal Dedi Mulyadi seperti diberitakan Nusantara TV.
"Itu kan penafsiran orang Bapak. Izin," ujar Wiwin.
Wiwin pun mempersilahkan untuk menanyakan soal sikap dan perilakunya terhadap masyarakat di Desa Gunung Menyan.
"Boleh dipertanyakan ke masyarakat saya di sini di Desa Gunung Menyan bagaimana saya dengan masyarakatnya. Bagaimana saya menghargai masyarakatnya. Jadi saya sering sekali ke masyarakat itu makannya gitu Pak. Saya ikutan makan di dapur ataupun saya kadang-kadang tanpa apa sepengetahuan warga saya sudah ada di dapur. Kadang suka ikutan makan ataupun ke sawah," beber Wiwin.
Baca juga: NTV Trend: Baru Dilantik, Dedi Mulyadi Langsung Copot Kepsek SMAN 6 Depok Gegara Study Tour ke Jatim
Dedi mengatakan penafsiran yang muncul terhadap Wiwin karena sang Kades terkesan di media sosial ngartis. Apalagi dulu saat pernah tampil di acara televisi Wiwin selalu menenteng tas mewah.
"Mungkin betul kata bapak gitu gimana penafsirannya," ucapnya.
Dedi mengungkapkan jauh sebelum dirinya di DPR dan belum mengenal Wiwin, image Wiwin adalah kepala desa yang glamour karena tasnya mewah-mewah.
Dedi bertanya bagaimana sebenarnya Wiwin di Desa Gunung Menyan.
Wiwin menyampaikan ia selalu menyapa dan berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan sebelum ke kantor desa ia selalu menyempatkan datang ke pengajian.
"Jadi saya keliling Pak. Karena di di desa saya ada 7 RW. Hari Senin, Selasa, Rabu sampai Jumat malah sampai Minggu pak, saya keliling ke majelis taklim dulu baru ke kantor desa. Itu yang saya lakukan setiap harinya Bapak," tuturnya.
Dedi pun sempat menyinggung status Wiwin yang masih single. Ia menyebut kondisi itu yang membuat Wiwin cenderung merdeka dalam bersikap.
"Iya mungkin juga kan faktor style ibu itu yang sangat merdeka dalam bersikap itu mungkin dipengaruhi oleh faktor karena ibu single. Mungkin itu bu," kata Dedi Mulyadi.