Mendag: AS tak Berniat Memutus Hubungan Ekonomi dari China

Nusantaratv.com - 01 Desember 2022

Arsp - Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo berbicara selama Pertemuan Tahunan Kedua Dialog Ekonomi Tingkat Tinggi di Mexico City, Meksiko, Senin (12/9/2022). (ANTARA/REUTERS/Raquel Cunha/am)
Arsp - Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo berbicara selama Pertemuan Tahunan Kedua Dialog Ekonomi Tingkat Tinggi di Mexico City, Meksiko, Senin (12/9/2022). (ANTARA/REUTERS/Raquel Cunha/am)

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com - Amerika Serikat akan terus menekan China untuk mengatasi praktik ekonomi yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan AS, tetapi tidak bermaksud untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan negara Asia itu, kata Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, Rabu (30/11).

Meski mengecam Beijing atas dukungan finansial besar-besaran kepada perusahaan-perusahaan China dan dugaan pencurian kekayaan intelektual AS, Raimondo mengatakan dalam pidatonya di Massachusetts Institute of Technology, "Kami tidak berusaha dengan cara apa pun untuk memisahkan ekonomi kami dari ekonomi China".

"Kami ingin mempromosikan perdagangan dan investasi di bidang yang tidak mengancam keamanan nasional atau nilai-nilai hak asasi manusia kami," ujarnya.

Raimondo mencatat bahwa China adalah pasar ekspor terbesar ketiga AS dan ekspor tersebut secara langsung mendukung 750.000 pekerjaan di AS.

Pada konferensi pers di Bucharest, Rumania, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menegaskan kembali posisi pemerintahnya yang "tidak ingin memisahkan ekonomi AS (dari China)" dan tidak ingin berkonflik dengan China karena persaingan yang kian tajam di bidang militer, ekonomi, teknologi dan bidang lainnya.

Pernyataan para pejabat AS itu disampaikan ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus memperketat pembatasan akses China ke teknologi mutakhir seperti semikonduktor.

Pada Oktober, Departemen Perdagangan AS meluncurkan serangkaian kendali ekspor pada produk cip canggih tertentu yang dapat digunakan oleh Beijing untuk melatih sistem kecerdasan buatan dan menjalankan aplikasi mutakhir di bidang militer dan pengawasan.

Raimondo mengatakan bahwa selama 50 tahun terakhir, AS berkomitmen pada gagasan bahwa "keterlibatan ekonomi dengan China akan melayani kepentingan bersama", pertama sebagai penyeimbang Uni Soviet dan kemudian sebagai "pintu gerbang menuju kemitraan politik dan ekonomi yang lebih erat".

"Tapi sekarang, jelas bahwa China mengambil jalan yang berbeda," katanya.

Raimondo mengatakan aspek yang mungkin paling mengganggu dari China adalah percepatan upayanya untuk "menyatukan kebijakan ekonomi dan teknologi dengan ambisi militernya".

AS bermitra dengan para sekutunya untuk memajukan nilai-nilai bersama dan "membentuk lingkungan strategis di mana China beroperasi", termasuk melalui kelompok-kelompok seperti Quad, kata Mendag AS itu.

Quad adalah kemitraan antara AS dan tiga negara besar lain di kawasan Indo-Pasifik, yakni Jepang, Australia dan India.

Sementara itu, Blinken mengatakan dalam wawancara dengan CNN di Rumania, bahwa tujuan utama dari rencana perjalanannya ke China awal tahun depan adalah untuk melanjutkan komunikasi kedua negara setelah pertemuan antara Presiden Biden dan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini di Bali, Indonesia.

Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu tidak hanya diharapkan dapat mengelola hubungan mereka secara bertanggung jawab tetapi juga menjajaki kerja sama di bidang apa pun yang memungkinkan, katanya.

"Terserah China untuk memutuskan apakah ingin berpartisipasi dalam kerja sama semacam itu pada hal-hal penting seperti iklim, kesehatan global, dan lingkungan makroekonomi tempat kita semua hidup saat kita mencoba mengatasi COVID dan mengejar pemulihan ekonomi," kata Blinken, menurut transkrip yang dirilis Departemen Luar Negeri AS.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close