Malaysia Tegaskan Tetap Berlakukan Hukuman Mati Tapi Tidak Lagi Wajib

Nusantaratv.com - 11 Juni 2022

PM Malaysia Ismail Sabri Yakoob/ist
PM Malaysia Ismail Sabri Yakoob/ist

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri Yaakob angkat bicara soal kepastian pemberlakuan hukuman mati di negaranya. Ditegaskan  hukuman mati di Malaysia tetap ada, tetapi tidak lagi wajib untuk beberapa kasus. Dia mengatakan bahwa hakim akan diberikan keleluasaan ketika menghukum terdakwa.

Hal itu disampaikan Ismail Sabri setelah Menteri di Departemen Perdana Menteri Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengatakan dalam sebuah pernyataan sebelumnya, bahwa pemerintah Malaysia telah setuju untuk menghapus hukuman mati wajib.

Menteri hukum de facto itu mengatakan bahwa hukuman mati akan diganti dengan jenis hukuman lain atas kebijaksanaan pengadilan.

Ismail Sabri mengatakan bahwa hukuman mati tidak akan lagi wajib, dan hakim tidak akan lagi terikat oleh istilah yang membuat mereka tidak punya pilihan selain menjatuhkan hukuman mati pada pelaku kejahatan seperti dalam kasus perdagangan narkoba.

"Kami berpandangan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Jika ada dua pilihan (hukuman), dan jika pelaku terbukti sebagai pengedar narkoba yang berat hingga menyebabkan ratusan ribu orang meninggal (akibat narkoba), dia dapat dijatuhi hukuman mati dan bisa dikirim ke tiang gantungan," kata Ismail Sabri.

Baca juga: HNW Terima Kunjungan Anggota Parlemen Malaysia

"Namun, jika hakim, menurut pertimbangannya, merasa bahwa pelaku harus diberi kesempatan kedua dan memutuskan untuk menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dengan cambuk, dia dapat mengganti hukuman mati wajib itu dengan hukuman seumur hidup," tambahnya.

Ismail Sabri lebih lanjut menjelaskan, Undang-Undang Narkoba Berbahaya tahun 1952 di Malaysia menetapkan hukuman mati wajib, yang dapat membuat hakim tidak punya pilihan selain menjatuhkan hukuman mati meskipun mungkin ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan.

"Kadang-kadang, kasusnya melibatkan seorang anak berusia 18 tahun. Hakim mungkin menemukannya 'terjebak' karena obat-obatan ditemukan di tasnya tetapi dia tidak dapat membuktikan bahwa itu milik orang lain, dan pengadilan harus mengirimnya ke tiang gantungan meskipun hakim merasa bahwa terdakwa hanyalah seorang pemuda yang seharusnya diberi kesempatan kedua untuk berubah," katanya, mengutip detikcom.

"Kita harus memahami bahwa hukuman mati tidak dihapuskan dan akan tetap ada, hanya saja tidak lagi wajib," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close