Nusantaratv.com - Beberapa daerah di Filipina luluh lantak diterjang badai tropis Megi. Badai yang sangat kuat ini telah menyebabkan banjir, tanah longsor dan korban jiwa di beberapa desa.
Dari laporan tim penyelamat, korban meninggal yang ditemukan terus bertambah. Hingga hari ini, Rabu (13/4/2022) korban yang berhasil ditemukan berjumlah 58 orang. Mereka ditemukan sudah menjadi mayat karena tertimbun tanah longsor.
Badai tropis Megi, dikenal secara lokal sebagai Agaton, menghantam Filipina pada Minggu (10/4/2022) dengan kecepatan angin hingga 65km per jam. Megi adalah badai pertama tahun ini yang melanda Filipina. Bisanya setiap tahun rata-rata 20 badai menerjang daerah-daerah di Filipina.
Lebih dari 13.000 orang mengungsi ke tempat penampungan yang lebih tinggi saat badai menerjang pantai timur. Hujan deras dan angin kencang memutus pasokan listrik, membanjiri rumah dan ladang, serta menyebabkan tanah longsor di desa-desa.
Tim penyelamat mendorong rakit di perkampungan yang tergenang banjir akibat terjangan badai tropis Megi. (Foto: Reuters)
Badai tropis yang paling ditakuti ini telah menerjang provinsi Leyte di Filipina tengah. Sedikitnya 47 orang tewas tertimbun tanah longsor dan 27 hilang serta 100 orang terluka, setelah gelombang tanah yang basah menghantam pemukiman dan daerah pertanian di akhir pekan lalu, kata pihak berwenang di Kota Baybay, Senin (11/4/2022).
Menurut Badan Bencana Nasional, tiga orang ditemukan tewas di provinsi tengah Negros Oriental dan tiga lagi di pulau utama selatan Mindanao.
Pada Selasa (12/4/2022), kru penyelamat masih berjuang untuk mengambil orang-orang yang terdampar di pantai timur dan selatan.
Gambar yang dibagikan oleh pihak berwenang dan penduduk setempat secara online menunjukkan penyelamat mengarungi rawa berlumpur dengan menggunakan rakit di sungai berarus cepat untuk mencapai daerah-daerah terpencil dilokasi rumah-rumah yang terendam.
“Saya menangis karena saya tahu orang-orang dimakamkan di sana dan saya juga takut karena ada gunung di belakang rumah kami,” kata seorang warga Leyte kepada kantor berita AFP. (Rafli)