Nusantaratv.com - Sebuah kendaraan menabrak alat peledak berupa bom rakitan di Burkina Faso Utara pada Senin (5/9/2022) saat melakukan konvoi.
Dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (6/9/2022), pemerintah negara itu menyebutkan sedikitnya 35 warga sipil tewas dan 37 lainnya terluka terkait peristiwa itu.
Konvoi pasokan yang dikawal menuju ibu kota, Ouagadougou, menghantam bom rakitan (IED) saat melintas di antara kota utara Djibo dan Bourzanga. Daerah ini diketahui menjadi lokasi militan yang kerap menyerang desa-desa, polisi dan pos-pos militer sejak 2015.
IED merupakan sebuah bom yang dibuat dan ditempatkan dengan cara selain tindakan militer konvensional. Alat ini dapat dibuat dari bahan peledak militer konvensional, seperti putaran artileri, yang dilekatkan pada mekanisme peledakan. IED biasanya digunakan sebagai 'bom pinggir jalan'.
Perwakilan militer Burkina Faso menyebutkan sesaat peristiwa terjadi, pengawal mengamankan lokasi dan membantu korban yang terluka. "Pengawal dengan cepat mengamankan perimeter dan mengambil tindakan untuk membantu para korban," kata pemerintah militer dalam pernyataannya.
Insiden kendaraan menabrak bom rakitan ini bukan pertama kali terjadi di Burkina Faso. Sebelumya sebuah truk pengangkut melindas ranjau dan menewaskan beberapa tentara di Burkina Faso pada, 31 Januari 2022.
Terjadi ledakan kedua saat sejumlah pihak membantu dalam insiden tersebut, menewaskan setidaknya 15 tentara. Peristiwa tu terjadi di jalan pedesaan di provinsi Bam di wilayah tengah-utara negara itu, di mana tentara dan warga sipil secara rutin menjadi sasaran gerilyawan.
Kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda dan ISIS telah aktif di wilayah tersebut setidaknya sejak 2015. Kelompok ini memiliki kekuatan serta menewaskan ribuan orang dan menggusur lebih dari satu juta meskipun pasukan asing dan penjaga perdamaian PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) hadir di sana.
Perwira Angkatan Darat sempat marah tentang meningkatnya serangan seiring lengsernya Presiden Burkina Faso Roch Kabore pada Januari dan berjanji untuk meningkatkan keamanan, tetapi tingkat kekerasan tetap tinggi.