Kontroversi Ledakan Suara PSI, Pengamat: Kalau Lolos ke Parlemen, Audit Data KPU dan Quick Count

Nusantaratv.com - 03 Maret 2024

Adi Prayitno/ist
Adi Prayitno/ist

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Ledakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebanyak 102 ribu suara dalam 30 jam di Sirekap Pemilu 2024 Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuai sorotan dari banyak pihak. Pasalnya, kenaikan suara PSI yang signifikan dinilai anomali. 

Dengan tambahan itu kini perolehan suara PSI di angka 2.291.882 suara setara 3 persen. Sehingga terbuka peluang bagi PSI untuk lolos ke DPR RI. Padahal, sebelumnya berdasarkan hasil quick count Pileg 2024 yang dirilis sejumlah lembaga survei, diprediksi perolehan suara PSI mentok di kisaran 2,6% sampai 2,7% yang berarti gagal melaju ke Parlemen. 

"Bukan hanya medsos yang terkejut tetapi hampir semua orang. Terutama mereka politisi, tim sukses, tim  pemenangan, aktivis-aktivis Pemilu dan aktivitas demokrasi. Tentu ini dianggap satu-satunya anomali dalam Pemilu 2024," kata Pengamat Politik Adi Prayitno saat menjadi narasumber di salah satu televisi swasta, Sabtu (2/3/2024). 

Kalau mau jujur, kata Adi, ketika mulai penghitungan Sirekap yang merupakan bagian dari real count KPU, sudah mulai terbaca variasi sebaran perolehan suara seluruh partai peserta Pileg 2024. 

"Dan itu setara dengan perolehan suara tiap partai di Pileg 2024 versi quick count versi ini," ungkap Adi. 

Menurut Adi lonjakan suara PSI memang suatu pengecualian atau unpredictable.

"Di luar bayangan semua orang. Tiba-tiba dalam waktu kurang lebih 1 x 24 jam suaranya meningkat paling signifikan dibandingkan dengan yang lain," ujarnya.

Adi mengatakan penting untuk dijelaskan kepada publik. Pasalnya, partai-partai lain yang juga diprediksi tidak lolos ke Parlemen seperti PSI, suaranya stagnan atau landai.

"Kalaupun naik suaranya hanya nol koma sekian," kata Adi.

"Tetapi PSI cukup melejit. Sepertinya menjadi pertanyaan publik apa yang istimewa dari PSI sehingga suaranya agak berbeda dengan yang lain?' imbuhnya.

Baca juga: Ledakan Suara PSI di Sirekap KPU jadi Sorotan Banyak Pihak

Adi mengungkapkan kalau mengacu pada hasil quick count yang dirilis secara terbuka oleh semua lembaga survei. PSI tidak akan lolos ke Parlemen karena suaranya mentok di kisaran 2,6% sampai 2,7%.

"Sekalipun ditambahkan dengan margin of error' 1 persen, suara PSI kurang lebih 3,6% sampai 3,7%. Sulit untuk mengatakan PSI lolos ke Parlemen dengan perolehan suara itu," tuturnya. 

Adi berpandangan jika suara PSI naik pesat sendirian dan lolos ke Parlemen tentu data quick count yang dirilis lembaga-lembaga survei akan dipertanyakan.

"Berarti quick count yang dirilis oleh semua lembaga survei itu salah dan error. Kan mereka mampu memprediksi Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024 dalam satu putaran," ucapnya. 

Karena itu, sambung Adi, kalau memang suara PSI terus naik secara signifikan kemudian lolos ke Senayan. Ada dua hal kunci yang harus dilakukan.

"Pertama audit quick count yang dirilis lembaga survei. Kedua audit KPU. Jangan-jangan ada error di dalamnya," tukasnya. 

Adi menegaskan quick count harus dikembalikan kepada fungsinya untuk menginvestigasi soal adanya dugaan kecurangan terkait dengan perolehan suara di Pemilu.

"Karena quick count itu sejatinya adalah instrumen supaya perolehan suara dalam Pemilu tidak ada yang dimanipulasi, tidak dicurangi dan tidak ada yang dirugikan," ujarnya. 

"Kalau nanti akhirnya PSI berhasil lolos. Data KPU harus diadu dengan data quick count yang dilakukan oleh teman-teman lembaga survei. Tentu data yang diadu adalah data C1. Karena itu hasil resmi yang diperoleh teman-teman," tambahnya.

"Di situ nanti akan kelihatan sebenarnya siapa yang salah. Ini kan menyangkut soal kredibilitas penyelenggara pemilu terkait hasil Pileg 2024," lanjutnya. 

Satu hal yang perlu diperhatikan, kata Adi, biasanya kalau data yang diinput di Sirekap KPU itu sudah lebih dari 60%. Maka kenaikan dan penurunan suara semua partai akan konstan. Tidak ada yang meloncat secara signifikan. 

"Karena rata-rata perolehan suara partai ini sudah proporsional dan merata," pungkasnya.

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close