Nusantaratv.com - Kementerian Agama sedang menyiapkan panduan pembentukan komunitas Eco-Masjid, komunitas yang berupaya mewujudkan masjid hijau melalui kegiatan seperti penanaman pohon, pengaturan ulang penggunaan air wudhu, hingga penggunaan tenaga surya.
"Gerakan ini merupakan bagian dari kampanye Peduli Bumi yang menginginkan masjid sebagai cerminan rahmatan lil alamin," kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi di Jakarta, Jumat.
Wakil Menteri Agama mengemukakan bahwa kampanye masjid hijau sampai saat ini belum masif meskipun gagasan mengenai pengelolaan masjid yang ramah lingkungan sudah lama muncul.
Padahal, dia mengatakan, masjid-masjid pada era awal Islam semuanya dapat dianggap sebagai masjid yang ramah lingkungan meskipun isu seperti perubahan iklim belum menjadi perhatian utama dalam sejarah awal Islam.
Zainut mengemukakan bahwa ada sangat banyak ayat dalam Al Quran yang mengandung aksioma moral tentang pelestarian alam dan sejarah Islam juga menunjukkan keberpihakan pada upaya pelestarian lingkungan.
"Masjid Nabawi yang menjadi pusat penyebaran ajaran Islam misalnya, dibangun Rasulullah dari bahan-bahan lokal yang ramah lingkungan. Seperti yang diungkapkan gerakan global Ummah for Earth, sumber-sumber bangunan masjid Rasulullah itu memenuhi syarat-syarat metode berkelanjutan," kata dia.
Ia mengemukakan bahwa konsep Eco-Masjid atau masjid ramah lingkungan atau masjid hijau sudah diterapkan di negara seperti Turki, Maroko, Amerika Serikat, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Prancis.
Zainut mencontohkan, Maroko menginisiasi penggunaan panel surya dan LED di 600-an masjidnya.
Indonesia juga sudah punya percontohan masjid hijau seperti Masjid Istiqlal dan Masjid Raya Pondok Indah.
Masjid Istiqlal Jakarta menjadi masjid pertama di dunia yang mendapat sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) karena bangunannya dinilai ramah lingkungan.
Wakil Menteri Agama berpandangan krisis lingkungan hidup dengan berbagai manisfestasinya, seperti perubahan iklim dan pemanasan global, merupakan bagian dari krisis moral.
Oleh karena itu, menurut dia, penanggulangan masalah lingkungan dan perubahan iklim semestinya juga dilakukan dengan pendekatan moral dan penerapan pendekatan ini bisa dimulai dari rumah ibadah.
"Keberhasilan menciptakan rumah ibadah yang ramah lingkungan adalah penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama dan merupakan titik-tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa," demikian Wakil Menteri Agama.(Ant)