Kemenko Marves dukung program rehabilitasi mangrove di Malut

Nusantaratv.com - 18 November 2022

Kemenko Marves bersama PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) rehabilitasi mangrove sebagai program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL)/Corporate Social Responsibility (CSR) di Malut. ANTARA/Abdul Fatah
Kemenko Marves bersama PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) rehabilitasi mangrove sebagai program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL)/Corporate Social Responsibility (CSR) di Malut. ANTARA/Abdul Fatah

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) merehabilitasi mangrove sebagai program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL)/Corporate Social Responsibility (CSR) di Malut.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti, di Ternate, Jumat, mengatakan Indonesia memiliki potensi yang besar terkait carbon credit khususnya pada area pesisir dan memiliki hutan hujan tropis, lahan gambut, mangrove, rumput laut. Hutan mangrove Indonesia seluas 3,36 juta ha atau sama dengan 20 persen mangrove dunia.

Dimana, mangrove merupakan bagian dari ekosistem blue carbon, sehingga pihaknya memiliki program besar dalam rehabilitasi mangrove terutama di wilayah Malut.

"Kami rencanakan seluas 600.000 hektare area direhabilitasi sampai dengan tahun 2024 merujuk pada peta mangrove nasional termasuk di dalamnya ada restorasi pada ekosistem blue carbon," ujarnya.

Deputi Nani menegaskan pentingnya peran CSR/TJSL dalam pengembangan komunitas khususnya komunitas masyarakat pesisir sebagai bagian dari program pengembangan mangrove yang berkelanjutan.

Dia menyebut, capaian rehabilitasi mangrove di 32 Provinsi pada tahun 2021 adalah 34.912 ha dan target luasan rehabilitasi mangrove 2022 adalah 181.500 hektare.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan memberikan tantangan bahwa kontribusi dari kelompok usaha BUMN dan swasta untuk rehabilitasi hutan dan mangrove sampai tahun 2024 sedikitnya dapat mencapai 100.000 ha.

Pada bulan Agustus dan September 2021 telah disepakati Nota Kesepahaman Bersama (NKB) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang menegaskan kontribusi BUMN dan swasta dalam rehabilitasi mangrove.

Kerja Sama ini bertujuan mengakselerasi rehabilitasi mangrove. PKS ini habis masa berlakunya pada bulan September 2022, maka dari itu diperlukan pembaruan NKB dan PKS yang akan mengelaborasi target-target rehabilitasi mangrove yang lebih ambisius dan implementatif.

Dalam MoU tersebut, semua pihak bersama-sama menyepakati dan mendukung kerja sama dalam meningkatkan luasan, kualitas rehabilitasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat mendukung pemenuhan target nasional 600.000 hektare.

Sementara itu, Direktur Utama PT TBP, Donald J Hermanus menyatakan, perusahaan mengapresiasi kerja sama ini sebagai bagian dari program rehabilitasi mangrove nasional dan aksi iklim.

"Program ini sejalan dengan visi TBP yang berupaya untuk meningkatkan dampak positif terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasional dengan melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial, serta menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar dan menjaga kelestarian lingkungan," kata Donald.

PT TBP, kata Donald, berkomitmen untuk selalu berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan perusahaan adalah Program Rehabilitasi Mangrove.

"Sepanjang 2021 hingga 2022, total luas lahan mangrove yang telah direhabilitasi TBP sebesar 22,49 hektare yang tersebar di Pulau Obi dan Pulau Bacan, Halmahera Selatan," kata Donald.

Selain program penanaman mangrove, PT TBP juga memiliki kegiatan-kegiatan lingkungan yang mendukung kelestarian ekosistem blue carbon seperti pembuatan terumbu karang buatan dan padang lamun.

TBP memanfaatkan sisa hasil pengolahan berupa slag nickel dan FABA (fly ash bottom ash) menjadi kubus berongga untuk dijadikan karang buatan dalam rangka melestarikan terumbu karang, terutama di Pulau Obi.

Dia menegaskan pentingnya algae dan coral reefs dalam pengelolaan perubahan iklim. Organisme ini diklaim mampu menyerap karbon tiga kali lebih baik dari pohon dan diharapkan keberhasilan pembuatan terumbu karang buatan ini akan meningkatkan nilai ekonomi sekaligus peningkatan kondisi lingkungan sekitar area penempatan terumbu karang buatan.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close