Kemenkes: Stigma Buruk Perumit Penanganan Tuberkulosis di Indonesia

Nusantaratv.com - 30 Maret 2023

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam Konferensi Pers "Partnering for Progress on COVID-19 and Beyond yang diikuti di Jakarta, Kamis (30/3/2023). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam Konferensi Pers "Partnering for Progress on COVID-19 and Beyond yang diikuti di Jakarta, Kamis (30/3/2023). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com  - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa adanya stigma buruk dalam masyarakat terhadap pasien penderita Tuberkulosis (TB) telah memperumit penanganan TB di Indonesia.

“Tantangan utama dari TB itu, pertama, masyarakat masih ada yang mempunyai stigma. Malu dikatakan TB, dianggap penyakit masyarakat yang tidak mampu,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat ditemui ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menanggapi meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akibat TB, Nadia menuturkan sampai saat ini penanganan penyakit TB masih menjadi program prioritas di Kemenkes.

Sayangnya, dalam kasus kematian tersebut, ia mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang enggan untuk melapor. Selain stigma dalam masyarakat, terdapat kemungkinan bila almarhum sedang memiliki daya tahan tubuh yang rendah akibat kelelahan.

Selain itu, terdapat pula potensi mahasiswa tersebut masih beradaptasi dengan gejala-gejala TB yang baru dirasakannya tersebut.

“Sudah ada karena baru, (ketika) mendapatkan pelayanan kesehatan dan biasanya tidak hanya paru. Tapi sudah meluas ke organ-organ lainnya (komplikasi),” ujarnya.

Nadia melanjutkan potensi lainnya yang memicu mahasiswa itu meninggal bisa jadi akibat stigma yang buruk, sehingga menyebabkan pasien telat ke pelayanan kesehatan untuk berobat.

Ketika telah terdiagnosis TB, pasien sudah terlambat ditangani karena gejalanya yang timbul-hilang, seperti batuk-batuk, yang ketika meminum obat akan hilang lalu gejala kembali timbul selama berpekan-pekan.

“Kalau datang ke fasilitas kesehatan ditanyai batuk sudah berapa hari dan dijawab baru tiga hari hingga susternya juga sulit, sekarang kita lebih agresif lagi,” ucapnya.

Dari kasus tersebut Nadia minta setiap pihak menjadikannya pelajaran. Ketika sudah batuk berdahak berlebihan atau mengalami gejala TB, masyarakat diimbau untuk segera melakukan pemeriksaan sputum melalui mikroskopis dan pemeriksaan tes cepat untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin sesuai diagnosis yang benar.

Sebelumnya, diberitakan seorang mahasiswa dari UMY yang berinisial UA (21), ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di daerah Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekitar sepekan yang lalu.

Diduga penyebab meninggalnya mahasiswa itu akibat penyakit TB. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UMY Faris Al-Fadhat dalam keterangannya mengatakan, setelah kejadian tersebut pihaknya segera melakukan tindakan preventif agar kejadian tidak terulang di lingkungan kampusnya.

Salah satu cara yang dirinya beberkan adalah dengan melakukan skrining terhadap seluruh warga kampus mulai dari dosen hingga kalangan mahasiswa.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])