Nusantaratv.com - Keluarga Shireen Abu Akleh menegur Israel karena mengatakan menyesal atas kematian jurnalis Al Jazeera tanpa memberikan pertanggungjawaban atau bahkan mengakui jika pasukannya membunuhnya.
Berbicara di luar Capitol Hill, Amerika Serikat (AS), di Washington DC, pada Kamis (18/5/2023), keponakan Shireen Abu Akleh, Lina Abu Akleh, mengatakan jika pernyataan Israel tidak sama dengan permintaan maaf.
"Agar sangat jelas: Tentara Israel tidak mengakui atau meminta maaf atas pembunuhan Shireen. Bagi kami, kami tidak menganggap itu sebagai permintaan maaf," kata Lina, seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (19/5/2023).
"Sejujurnya ini merupakan tamparan bagi warisan Shireen dan keluarga kami. Permintaan maaf, yang sebenarnya tidak, bukanlah pertanggungjawaban," lanjutnya.
Lina mengatakan keluarga jurnalis yang terbunuh sedang meminta pertanggungjawaban, yang membutuhkan tindakan. "Sejak Shireen terbunuh, pemerintah Israel dan militer telah berbohong dan memutarbalikkan kebenaran," kata Lina kepada wartawan.
"Jadi sangat mengecewakan, pada peringatan satu tahun pembunuhan Shireen, militer Israel, sekali lagi, mereka kembali mengorbankan pihak keluarga," tambahnya.
Lina telah bekerja untuk Al Jazeera sebagai produser berita, tetapi dia berbicara dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga Shireen Abu Akleh.
Pada 11 Mei, peringatan pertama kematian penembakan Shireen Abu Akleh, seorang juru bicara militer Israel ditanya oleh CNN apakah militer "siap" untuk meminta maaf.
"Saya pikir ini adalah kesempatan bagi saya untuk mengatakan di sini bahwa kami sangat menyesal atas meninggalnya mendiang Shireen Abu Akleh," terang juru bicara militer Israel, Daniel Hagari.
Diketahui, Shireen Abu Akleh, seorang warga negara AS, terbunuh pada 11 Mei 2022, saat meliput serangan Israel di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Pada awalnya, para pejabat Israel secara keliru menuduh orang-orang bersenjata Palestina menembak mati reporter senior, yang terkenal di seluruh Dunia Arab itu.
Beberapa bulan setelah pembunuhan itu, Israel mengakui jika salah satu tentaranya kemungkinan besar membunuh Shireen Abu Akleh, tetapi menganggap insiden itu tidak disengaja. Pemerintah Israel tidak membuka penyelidikan kriminal atas pembunuhan itu.
Banyak media, kelompok hak asasi dan saksi mata telah mendokumentasikan jika tidak ada pertempuran di sekitar tempat Shireen Abu Akleh ditembak. Namun, AS, yang memberi Israel bantuan setidaknya US$3,8 miliar setiap tahun, telah menerima versi Israel dari peristiwa tersebut, meskipun ada permintaan awal untuk akuntabilitas dan penyelidikan independen.
Lina dan kerabat lain dari jurnalis yang terbunuh kembali ke Washington DC, pekan ini untuk menekan kasus tersebut. "Saya di sini bersama keluarga saya untuk terus menuntut pertanggungjawaban dan keadilan atas pembunuhannya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari (Capitol) Hill seperti yang kami lakukan tahun lalu," kata Lina kepada Al Jazeera.
Pada 2022, kerabat Shireen Abu Akleh bertemu dengan anggota parlemen AS sekaligus Menteri Luar Negeri Antony Blinken, tetapi Gedung Putih tidak memenuhi permintaan mereka untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden.
Pada konferensi pers di Capitol Hill pada Kamis (18/5/2023), beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat bergabung dengan keluarga Shireen Abu Akleh untuk memperbaharui seruan mereka akan keadilan.
Pemerintahan Biden telah berulang kali mengatakan jika mereka meminta pertanggungjawaban dengan menekan Israel untuk mengubah aturan keterlibatan militernya untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa depan, sebuah permintaan yang secara eksplisit ditolak oleh para pemimpin Israel.
Lina mengatakan kepada Al Jazeera, meskipun dia dan keluarganya menyambut baik upaya untuk meninjau kembali aturan keterlibatan Israel, dorongan tersebut tidak memenuhi definisi akuntabilitas.
"Kami ingin ada pertanggungjawaban, agar tentara dimintai pertanggungjawaban, agar seluruh sistem dimintai pertanggungjawaban atas pembunuhan seorang jurnalis dan warga negara AS," tukas Lina.