Nusantaratv.com - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Manggarai Timur mencatat, angka kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan pasca pendemi Covid -19.
Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Manggarai Timur, Jefrin Haryanto mengungkapkan, sepanjang Januari hingga November 2023 jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Manggarai Timur mencapai 12 kasus.
Jefrin merincikan, 11 kasus merupakan kasus persetubuhan terhadap anak sedangkan 1 diantaranya merupakan kasus pencabulan anak.
Menurut Jefrin, tren kasus kekerasan seksual terhadap anak mengalami peningkatan sejak pendemi Covid-19.
"Pasca pandemi trend kasus kekerasan seksual pada anak meningkat. Masyarakat butuh stress release tetapi salah cara dan adab. Masyarkat mengalami stress masal dan butuh cara untuk membawa mereka keluar dari situasi ini " ungkap Jefrin ketika dihubungi Nusantaratv.com , Selasa (14/11).
Jefrin menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Salah satunya adalah tingkat kepedulian orang tua atau pengasuh terhadap anak. Selain itu, kehidupan keluarga yang tidak harmonis atau adanya kekerasan dalam rumah tangga juga dapat menjadi pemicu kekerasan seksual pada anak.
Faktor sosial seperti kemiskinan, ketidakstabilan sosial, dan kurangnya pendidikan seksual di masyarakat juga turut berpengaruh.
Jefrin menambahkan, akses yang mudah terhadap konten pornografi di media juga berperan dalam meningkatkan risiko kekerasan seksual pada anak
" Semua faktor ini harus menjadi perhatian serius guna mencegah kekerasan seksual terhadap anak," jelasnya.
Penanganan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Manggarai Timur, Jefrin Haryanto mengatakan, penanganan psikologi bagi anak korban kekerasan seksual sangatlah penting untuk membantu mereka pulih dari trauma yang mereka alami.
Menurut Jefrin, anak-anak korban kekerasan seksual dapat mengalami berbagai dampak psikologis seperti kecemasan, depresi, atau gangguan tidur. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pendekatan yang sensitif dan terapeutik dalam proses pemulihan mereka.
" Terapi konseling individu atau kelompok, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat, dapat membantu anak-anak korban pemerkosaan mengatasi perasaan takut dan marah, membangun rasa percaya diri, dan mengembangkan kembali rasa keamanan dan kenyamanan dalam hidup mereka," jelas Jefrin.