Nusantaratv.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai 'tukang jagal'.
Biden menegaskan negaranya bisa saja melindungi Ukraina dari Presiden Rusia tersebut. "Dia tukang jagal," ujar Biden, seperti dilaporkan RT, Rabu (27/3/2024).
Pernyataan Biden itu disampaikannya saat berkampanye di Raleigh, North Carolina, pada Selasa (26/3/2024). Kepada para pemilihnya, Biden berbicara tentang inisiatif menaikkan pajak penghasilan bagi warga kaya dari 8,2 persen menjadi 25 persen.
Menurutnya, hal ini memungkinkan untuk mengumpulkan US$10 miliar ke anggaran negara dalam 10 tahun ke depan. "Bayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan itu. Kita bisa mengurangi defisit anggaran federal secara signifikan. Kita bisa melakukan banyak hal. Termasuk pada akhirnya melindungi Ukraina dari pembantaian Putin," jelas Biden.
Sebelumnya, pada Februari lalu, Biden menyebut Putin sebagai "bajingan gila". Hal itu dikatakannya dalam sebuah acara penggalangan dana publik di California pada Rabu (21/2/2024).
"Kita mempunyai SOB (son of a bitch) gila seperti Putin, dan lainnya, dan kita harus selalu khawatir akan konflik nuklir, tetapi ancaman nyata terhadap umat manusia adalah iklim," kata Biden dalam pidato singkat dalam acara di San Francisco yang dihadiri oleh sekelompok kecil wartawan.
Ketika itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyarankan agar warga AS merasa malu terhadap pemimpinnya mengeluarkan pernyataan semacam itu. "Jika presiden negara tersebut menggunakan bahasa seperti itu, sangat memalukan," imbuhnya.
Peskov menambahkan, Biden mungkin berupaya meniru "koboi Hollywood" untuk menarik simpati publik dalam negeri.
Menanggapi pernyataan Biden soal 'SOB', Putin menilai Moskow akan lebih baik jika Biden berada di Gedung Putih. Menurutnya, kata yang keluar dari orang nomor satu di AS itu merupakan pendapat pribadinya. "Kami memahami apa yang terjadi di sana (AS)," ucapnya.
Peskov menilai komentar ofensif Biden tersebut semakin mempersempit peluang hubungan bilateral kedua negera. Apalagi, saat ini hubungan Rusia-AS sedang berada di titik terendah dalam sejarah.