Nusantaratv.com - Akademisi Rudyono Darsono menyoroti korupsi yang terjadi di berbagai sendi kehidupan di bangsa ini. Ia menyebutnya dengan istilah trias koruptika, atau korupsi yang dilakukan di tiga lembaga yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif.
"Ditangkapnya aparat penegak hukum/hakim agung, menteri kabinet dan anggota legislatif mewarnai rangkaian kasus korupsi yang dikendalikan oleh trias koruptika Indonesia pada penutupan tahun 2023," ujar Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta itu, kepada wartawan, Senin (1/1/2024).
"Namun yang sesungguhnya hanyalah mengupas sekelumit kulit luar dari kondisi yang sebenarnya. Belum menyentuh sedikit pun substansi korupsi elit trias koruptika yang sesungguhnya," imbuhnya.
Yang paling parah dari tindak korupsi ini, lanjut Rudy, adalah upaya dugaan pelemahan KPK. Padahal harapan besar digantungkan kepada komisi tersebut, dalam memerangi korupsi di Indonesia.
"Dan upaya perusakan institusi KPK sebagai institusi superbody dan independen bidang hukum hasil dari perjuangan Reformasi bangsa Indonesia 1998, yang dianggap sebagai salah satu palu godam reformasi bidang penegakan hukum, sudah masuk dalam nalar akademisi dan pemerhati hukum sejak diangkatnya orang-orang bermasalah hingga direvisinya UU KPK," jelas dia.
Rudy memandang, bangsa akan amburadul apabila terjadi kolusi dan permufakatan melawan hukum yang dilakukan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. "Hampir tidak ada satu pun sistem kehidupan sosial bermasyarakat yang bersih dari korupsi dan kolusi," ucapnya.
Hancurnya dunia hukum dan keadilan sebagai wasit serta hakim garis dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kata Rudy, menjadi pemicu dari seluruh kerusakan sistem tata negara Indonesia.
Ia pun sangat menyayangkan kerusakan pada sistem hukum dan keadilan, termasuk yang terjadi pada lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan, yang juga ia saksikan secara langsung terjadi. Sebab, kata Rudy, kedua lembaga itu padahal menjadi dasar apakah sebuah bangsa masih tetap mempunyai harapan dan masa depan yang lebih baik, atau akan punah.
"Cengkraman mafia pada dunia pendidikan dan kesehatan yang sangat jelas terlihat serta diduga diamini penguasa. Ini membuat masa depan generasi muda Indonesia yang menjadi pondasi negara, berpotensi menjadikan Indonesia semakin suram masa depannya, apabila tidak adanya perubahan geopolitik yang tajam dan mendasar," jelas dia.
Rudy mengatakan, jika kondisi seperti ini dibiarkan terus-menerus, Visi Indonesia Emas 2045 dinilai bakal sulit terwujud. Karenanya ia berharap ada pembenahan serius.
"Apakah Indonesia masih mempunyai kesempatan dan harapan untuk memperbaiki dirinya? Atau NKRI tinggal kenangan buat anak cucu? Semoga tidak!," tandasnya.