Nusantaratv.com - Pasca gempa di Cianjur ITB mengenalkan aplikasi tong sampah Biokonversi untuk pengolahan sampah di Cianjur. Pihak ITB mengenalkan program “pengolahan limbah organik pada level rumah tangga dan komunal dengan aplikasi tong sampah biokonversi di daerah gempa Cianjur”.
Salah satu daerah yang di kunjungi oleh tim ITB adalah di desa sukaratu, kecamatan Gekbrong, kabupaten Cianjur.
Kegiatan ini adalah bagian dari pengabdian pada masyarakat untuk wilayah yang terkena dampak gempa di Cianjur. Tim pengabdian ini dipimpin oleh Prof. Acep Purqon dan para mahasiswa Prodi Fisika ITB dengan beberapa kegiatan yang terintegrasi. Kegiatan ini juga lanjutan dari beberapa kegiatan pendampingan sebelumnya sejak awal tahun ini yang juga melibatkan warga, pemuda, ibu-ibu, dan RT, RW dan setempat.
Seperti diketahui, berbagai permasalahan muncul pasca gempa di Cianjur. Salahsatunya adalah permasalahan sampah yang menumpuk. Sebagian sampah ada yang dibuang ke sungai yang memunculkan persoalan baru di tempat lain. Hal lain adalah di beberapa lokasi mulai terjadi penurunan kedalaman sumur setelah pasca gempa. Sehingga diperlukan berbagai teknologi untuk solusi pencarian air bersih tersebut.
Prof Acep Purqon mengenalkan bagaimana Fisika kebencanaan dan lingkungan terkait dengan solusi untuk sustainable earth. Karena pasti akan saling terkait dengan hal lain misalnya berbagai persoalan lain yang teridenfikasi adalah imbasnya adalah persoalan perkebunan, pertanian, logistik, iklim, cuaca curah hujan, renewable energy (memanfaatkan sungai, microhydro, matahari, angin dll), waste management, pengelolaan pasca bencana dll.
"Sebetulnya secara circular economy, pengolahan sampah dan waste management ini akan satu supply chain dengan precision farming, smart farming dan integrated farming. Karena feeder dari pakan dan pupuk hasil pengolahan sampah ini akan sampai kesini untuk mendukung kemandirian lokal. Seperti diketahui masing-masing tempat mempunyai keunikan microclimate masing-masing daerah. Antar daerah di Indonesia juga punya keunikan masing-masing dan menjadi kekayaan nusantara, misalnya pada ethnofarm.”, kata Acep Furqon, Sabtu, (4/10/23).
Salah satu penggerak sosial warga lokal yaitu Pak Wawan yang juga pimpinan Societa Cianjur, mengatakan bahwa warga sangat membutuhkan solusi permasalahan tersebut dan berharap ITB bisa membantu memecahkan permasalahan tersebut. RT dan RW juga menyambut positif kegiatan ini. Berbagai problem tersebut diharapkan melahirkan ide-ide baru yang bisa memantik dan memicu inovasi dan teknologi untuk kebutuhan mitigasi bencana sebagaimana di negara maju misalnya di jepang. Bencana itu memunculkan inovasi baru, inovasi memperkuat pasar, sehingga ada geliat ekonomi baru dan akhirnya kesejahteraan bersama. Sebagai alumni dari Jepang, Acep Purqon melihat bahwa bagaimana mindset dan implementasi mengkonversi bencana menjadi anugerah sebagaimana berbagai program inovasi di jepang terkait mitigasi dan berbagai macam paten dan inovasi. Seperti diketahui, Jepang adalah negeri dengan rawan bencana yang sangat tinggi, baik gempa, angin topan taifu ataupun tsunami. Semua seperti berlomba menghadirkan inovasi solusi bencana, baik sebelum yaitu mitigasi, selama bencana , maupun teknologi pasca bencana.
Salah satu yang dilakukan adalah pengolahan sampah organik melalui tong sampah biokonversi untuk menghasilkan biomasa untuk pupuk maupun pakan ternak yang telah dikembangkan juga oleh salah satu anggota tim pengabdian masyarakat ini yaitu Dr. Ramadhani Eka Putra. Selanjutnya secara parallel membina dan memberi pendampingan untuk budidaya lebah trigona untuk mendapatkan pemasukan kelompok tani yang sebelumnya menanam padi di sawah, peternakan domba, budidaya sayur mayur dll.
Warga sangat antusias mengikuti pelatihan pengelolaan sampah ini yang dilakukan para mahasiswa ITB dan memang diharapkan bagaimana kelompok masyarakat atau bumdes juga bisa menjadian kegiatan tersebut kalau dikelola akan menghasilkan koin bersama. Sebagai informasi di desa sukaratu ini terdiri dari 127 keluarga dengan jumlah jiwa 618 orang dan ada 87 balita serta 90 lansia. Pada saat terjadi gempa selain banyak rumah yang rusak, juga menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit di desa ini.
Beberapa idenya bisa berlanjut menjadi startup, kerjasama dengan perusahaan, kerjasama dengan pemda, menjadi bumdes dll. Bagaimana kita bisa bersahabat dengan tanaman dan faham kebutuhan presisinya. Mahasiswa jadi tahu ada banyak persamaan matematika yang unik untuk masing-masing jenis tanaman. Hal ini semakin menyadarkan perlakuan khusus masing-masing tanaman terutama untuk beberapa jenis tanaman sangat berbeda antara subtropis dan tropis. Khas tropis ini harus menjadi teknologi dan kekuatan penelitian-penelitian farming khas tropis untuk rekayasa biomasa. Solusi yang seperti parsial ini sebenarnya adalah mata rantai dari solusi menyeluruh untuk suatu daerah dari hulu hingga hilir. Dari sampah, ke pertanian sampai makanan dan terus berputar siklusnya.