Dalam mengatasi beberapa tantangan mendunia saat ini, lanjutnya, termasuk tidak hanya mempromosikan pemulihan berkelanjutan dari dampak pandemi Covid-19. Tetapi juga mengatasi dampak perubahan iklim yang semakin meningkat yang mengarah pada keharusan berpindah atau bermigrasi.
"Kita perlu memastikan kebutuhan khusus perempuan ditangani. Lebih dari itu, kita harus memastikan bahwa perempuan secara adil dan efektif disertakan dalam semua tahap tanggap kemanusiaan kita, guna meningkatkan perjalanan migran dan pengalaman kerja, dan untuk membawa kepemimpinan dan inovasi mereka untuk mengatasi perubahan iklim sebagai cara untuk memastikan migrasi adalah tetap menjadi pilihan daripada keharusan," jelasnya.
Tahun ini, IOM kata dia dengan senang hati berpartisipasi dalam kampanye media sosial bersama dengan beberapa badan PBB lainnya, dari tanggal 7 hingga 23 Maret, yang melibatkan pengambilalihan akun Instagram (IG) PBB @UNINDONESIA. Pihaknya mengundang influencer, aktivis lingkungan dan perubahan iklim, tokoh masyarakat, dan pembuat kebijakan untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat umum melalui akun Instagram PBB di Indonesia.
Untuk mendukung kampanye ini, IOM mengundang Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, sebagai pembicara tamu, yang telah memberikan inspirasi kepemimpinan bagi pengungsian bencana di daerah asalnya, dan akan bergabung untuk menjawab pertanyaan tentang "Migrasi dan Perubahan Iklim: Isu Kesetaraan Gender.
"Kami juga senang bahwa para pengungsi dari luar negeri yang berada di Indonesia berpartisipasi dalam memperingati Hari Perempuan Dunia tahun ini. Selain pemutaran film untuk pengungsi perempuan dan anak perempuan yang sekarang tinggal di tempat penampungan sementara, tim IOM di Lhokseumawe menyelenggarakan serangkaian kegiatan seperti kompetisi seni henna dan doodle yang dipimpin oleh perempuan pengungsi," papar Hoffmann.