Intensity Modulated Radiotherapy Minimalkan Efek Radiasi Kanker

Nusantaratv.com - 16 November 2022

Dokter spesialis onkologi radiasi dr. Gregorius Ben Prajogi, Sp.Onk.Rad(K), M.Pd.Ked (kiri) dalam webinar HUT ke-103 RSCM bertajuk "Kanker Nasofaring: Hadapi Kemoradiasi dengan Percaya Diri", Jakarta, Rabu (16/11/2022). (ANTARA/ Anita Permata Dewi)
Dokter spesialis onkologi radiasi dr. Gregorius Ben Prajogi, Sp.Onk.Rad(K), M.Pd.Ked (kiri) dalam webinar HUT ke-103 RSCM bertajuk "Kanker Nasofaring: Hadapi Kemoradiasi dengan Percaya Diri", Jakarta, Rabu (16/11/2022). (ANTARA/ Anita Permata Dewi)

Penulis: Habieb Febriansyah

Nusantaratv.com - Dokter spesialis onkologi radiasi dr. Gregorius Ben Prajogi, Sp.Onk.Rad(K), M.Pd.Ked mengatakan pengobatan kanker nasofaring dengan teknik Intensity Modulated Radiotherapy dapat meminimalisir efek radiasi yang dapat dialami pasien kanker nasofaring.

"Teknik Intensity Modulated Radiotherapy atau teknik radioterapi yang diatur intensitas berkas-nya," kata Gregorius Ben Prajogi dalam webinar HUT ke-103 RSCM bertajuk "Kanker Nasofaring: Hadapi Kemoradiasi dengan Percaya Diri", Jakarta, Rabu.

Gregorius Ben Prajogi atau dokter Ben menjelaskan teknik ini harus didukung dengan alat yang mutakhir dan kemampuan processing komputer yang juga mutakhir.

Dengan teknik Intensity Modulated Radiotherapy, berkas radiasi yang diberikan pada wajah bisa lebih kompleks dengan dosis yang berbeda.

"Daerah yang mendapat dosis tinggi itu bisa dibatasi dan daerah-daerah yang kita ingin hindari, mendapat dosis yang lebih rendah. Sehingga dosis radiasi itu bisa seperti dipahat ya," kata Ben.

Pihaknya mencontohkan untuk mengurangi risiko mulut kering dengan mengurangi dosis di daerah kelenjar liur.

"Kita bisa mengurangi risiko gangguan gigi di kemudian hari dengan membatasi dosis yang diterima oleh rahang. Kita mengurangi risiko kerusakan otak dengan membatasi dosis yang diterima oleh bagian otak yang dekat daerah tumor," katanya.

Ben menambahkan dengan semakin banyak daerah yang dibatasi dosis-nya, maka akan semakin kompleks teknik radiasi dan semakin tinggi teknologi yang dibutuhkan.

"Semakin besar juga upaya dan kerja yang harus dilakukan oleh dokter spesialis-nya, fisikawan medik, dan seluruh tim multi-disiplin. Hal itu yang kita kembangkan di RSCM sejak tahun 2012," demikian Gregorius Ben Prajogi.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close