Nusantaratv.com - Buruknya kebijakan dalam menyelesaikan permasalahan harga minyak goreng yang sebelumnya dilakukan menjadi perhatian serius Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. Sebab, hal tersebut justru membuat Indonesia rugi USD 10 miliar.
Sebagai informasi, polemik melonjaknya harga minyak goreng sudah terjadi sejak akhir 2021 atau saat Muhammad Lutfi masih menjabat sebagai Mendag.
Bongkar pasang kebijakan telah dilakukan mulai dari aturan DMO hingga penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET). Namun, harga minyak goreng tidak kunjung turun.
Bahkan, polemik tersbeut membuat Indonesia mengalami kerugian selama 5 bulan dan menjadi keuntungan bagi Malaysia yang notabene juga produsen sawit.
"Jangan sampai seperti kemarin, kita 5 bulan rugi USD 10 miliar. 5 bulan rugi. Kacau enggak karuan," kata Zulhas, Minggu (7/8).
"Yang untung Jiran, tetangga itu. Jangan terulang lagi, rezeki kok dibuang-buang. Gara-gara salah urus jadi bencana. Kita jangan terulang lagi, oleh karena itu kita mesti harus ada kebersamaan," ujar Zulhas.
Zulhas menjelaskan bagaimana kebijakan yang diambilnya juga memperhatikan kepentingan para pengusaha. Dia bercerita ketika ada pengusaha mengeluh karena tangki CPO penuh, maka pihaknya membuat kebijakan di mana faktor pengali ekspor saat ini diperbesar.
Tak hanya pengusaha, Zulhas juga menekankan komitmennya untuk membantu petani sawit agar harga TBS dapat segera membaik. Dengan percepatan ekspor CPO, dia menargetkan harga TBS petani sawit plasma pada pertengahan Agustus nanti sudah di atas Rp 2.000 per kg.
"Pengusaha juga harus kita dukung, jangan dimusuhi. Susah jadi pengusaha itu. Tapi rakyat harus ditolong, dibela, kalau enggak emak-emak ngamuk, kalau emak-emak ngamuk repot," ujarnya.